Studi Penerapan Metode Pohon Contoh (Tree Sampling) Guna Menduga Potensi Tegakan Jati (Teetona Grandis L.F.) di BKPH Cabak KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Abstract
Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan terutama hutan tanaman, pada umumnya ditujukan untuk usaha kelestarian hutan. Prinsip kelestarian hutan yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologis dan fungsi sosia!. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan harus menjamin keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan, keberlanjutan fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan berbagai spesies asli beserta ekosistemnya, dan keberlanjutan kehidupan masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik langsung maupun tidak langsung. Agar kegiatan pengelolaan tersebut dapat berlangsung terus menerus, perlu adanya kegiatan inventarisasi hutan yang sangat berperan dalam menyajikan informasi yang akurat tentang keadaan tegakan hutan, baik keadaan pohon-pohon maupun berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuh. Metode inventarisasi khususnya untuk hutan (tanaman) jati yang digunakan hingga saat ini adalah metode konvensional. Metode ini diterapkan oleh Perum Perhutani, seperti tercantum dalam Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan No. 143lkptsIDJ/I974 tentang Tata Cara Inventarisasi pada Hutan Tanaman Jati. Salah satu cara penentuan unit sampling yang dianggap lebih sederhana, mudah dan cepat adalah metode tree sampling (metode pohon contoh). Pengembangan dan penelitian metode tersebut untuk kegiatan inventarisasi di lapangan sedang dilakukan. Diharapkan metode tree sampling ini dapat lebih meningkatkan efisiensi dan ketelitian yang lebih tinggi dibanding metode-metode lain, terutama metode konvensional yang selama ini diterapkan oleh Perum Perhutani. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana tingkat efisiensi dan ketelitian metode tree sampling dengan metode konvensional, khususnya pada hutan jati KU III dan KU IV. Diharapkan metode tree sampling dapat diusulkan menjadi pengganti metode konvensiona!. Pada metode konvensional, jumlah unit contoh ditentukan sesuai dengan SK Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/DJ/I974. Luas petak ukur (PU) dan intensitas sampling nn!uk KU III dan KU N adalah sarna, masingmasing 0,04 ha dan I persen. Pada metode tree sampling ditetapkan ada 3 cara, yaitu : pertama, tree sampling dengan penempatan PU sesuai dengan metode konvensional (TS.a), kedua, tree sampling dengan penempatan satu PU seliap satu hektar (TS.b) dan yang ketiga, tree sampling dengan pola ellister yang terdiri dari 3 elemen tiap cluster yaitu penempatan PU dilakukan pada jarak 25 meter dari titik pusat penempatan PU sesuai SK Dirjen Kehutanan No. 143/kptsIDJlI974, ke arah Utara, Selatan dan Barat (TS.c). Khusus untuk metode TS.c, jumlah pohon yang digunakan adalah 5 pohon dan penempatan PU-nya sarna dengan metode konvensiona!. Jumlah PU metode konvensional, TS.a, TS.b dan TS.c, berturut-turut untuk KU III adalah 5, 5, 21 dan 5, sedangkan KU IV adalah 6, 6, 23 dan 6. Pengukuran waktu keIia pada berbagai metode inventatisasi tersebut di atas dilakukan menggunakan stopwatch dimana kegiatan inventatisasi dilakukan oleh dua orang tenaga keIia dalam satu pu. Orang pertama bertugas sebagai penunjuk pohon yang masuk dalam pengukuran dan pencatat data, sedangkan orang kedua bertugas sebagai pengukur diameter pohon dan jarak pohon teIiauh dari titik pusat PU. Pada metode konvensional, waktu keIia dihitung mulai dati penandaan titik pusat PU sampai dengan pengukuran diameter pohon terakhir dalam satu PU, sedangkan pada metode tree sampling dihitung sampai dengan pengukuran jarak pohon teIjauh. Luas rata-rata PU metode konvensional adalah tetap, yaitu sebesar 0,04 ha, sedangkan pada metode tree smnpling luas PU-nya diperoleh dari perhitungan luas lingkaran dengan jari-jari yang digunakan adalah jarak pohon teIiauh ditambah dengan setengah diameter pahon teIiauh. Khusus untuk metode tree sampling dengan pola cluster sampling, luas rata-rata PU-nya diperoleh dengan menghitung terlebih dahulu luas tiap elustemya yang didapat dati rata-rata luas ketiga elemen eluster tersebut. Dati hasil perhitungan analisis ragam, baik pada KU III maupun KU IV diketahui bahwa tidak ada perbedaan perIakuan. Hal ini berarti bahwa perbedaan antara metode inventatisasi tegakan jati yang dilakukan tidak memberikan pengaruh nyata dalam menduga jumlah pohon, luas bidang dasar dan volume. Hasil perhitungan terhadap kesalahan sampling menunjukkan bahwa metode tree sampling (5,6,7 dan 8 pohon) dengan pola satu hektar satu PU mempunyai nilai paling kecil dibandingkan metode-metode yang lain, baik dalam pendugaan jumlah pohon, luas bidang dasar maupun volume. Pada KU III metode yang memiliki sampling error terkecil untuk pendugaan jumlah pohon adalah metode TS.b 5 pohon sebesar 9,55 %, sedangkan untuk pendugaan luas bidang dasar dan volume, metode dengan sampling error terkecil adalah metode TS.b 8 pohon, masing-masing sebesar 9,83 % dan 10, 24 %. Pada KU IV, untuk pendugaan jumlah pohon metode yang memiliki sampling en-or terkecil adalah metode TS.b 8 pohon (sebesar 7,89 %). Untuk pendugaan luas bidang dasar dan volume, metode yang memiliki sampling error terkecil yaitu metode TS.b 7 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 9,7% dan 10, 15 %. Pada KU III nilai efisiensi relatif yang terbesar untuk pendugaan jumlah pohon, luas bidang dasar dan volume dihasilkan dari metode TS.a 5 pohon dengan nilai masing-masing adalah 218,41 %, 196,49 % dan 194,38 %. Pada KU IV, metode yang memiJiki efisiensi relatif terbesar di dalam pendugaan jumlah pohon, luas bidang dasar dan volume adalah metode TS.a 5 pohon dengan masingmasing nilainya adalah 164,98 %, 145,48 % dan 151,47 %. Efisiensi relatif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu besamya sampling error dan waktu keIia yang dibutuhkan. Pada hasil bahasan di atas menunjukkan bahwa metode TS.a (5, 6, 7 dan 8 pohon) baik pada KU III dan KU IV cenderung memiliki ni1ai efisiensi relatif lebih besar daripada metode TS.b maupun TS.c. Waktu ketja total yang dibutubkan metode TS.a untuk menyelesaikan kegiatan inventarisasi dalam luasan petak 88a (KU ill) dan 87a (KU IV) adalah paling sedikit dibandingkan metode lain. Hal ini menunjukkan bahwa waktu ketja mempunyai peranan sangat penting dalam mengukur efesiensi relatif, ~ehingga semakin kecil waktu ketja yang dibutubkan, efisiensi yang dihasilkan akan bertambah besaT. Selain itu jumlah dan ukuran PU juga berpengaruh terhadap besamya efisiensi relatif iumiah atau ukuran PU yang kecil cenderung menghasilkan efisiensi relatif yang tinggi karena waktu kelja yang dibutubkan sedikil. Hal tersebut dapat dibandingkan antara metode TS.a dengan TS.b untukjumlah PU, dan metode TS.a dengan TS.c untuk ukuran PU.
Collections
- UT - Forest Management [2811]