Perilaku Petani di Dalam Memasarkan Cengkehnya : Studi Kasus di Kecamatan Cibungbulang, Wilayah Kerja UPP-IC Kabupaten Bogor
Abstract
Devisa negara bisa ditingkatkan melalui peningkatan ekspor yang dibarengi dengan penekanan impor. Beberapa tahun terakhir, komoditi cengkeh terpaksa diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk mengatasi hal ini digalakkanlah upaya peningkatan produksi dalam negeri. Para petani dirangsang antara lain dengan cara memberikan jaminan pasar seperti yang diatur oleh Keppres No. 8/1980 tentang Tataniaga cengkeh dalam negeri. Nampaknya keppres ini kurang mengenai sasaran dan pemasaran cengkeh masih tetap merupakan masalah. Dimusim panen harga jatuh dan akan naik pada musim paceklik, demikian isyu yang diperoleh.
Diduga petani yang berpendapatan tinggi akan mampu me- nahan cengkehnya untuk dijual setelah harga membaik, sedangkan petani kurang mampu, akan segera menjual cengkehnya.
Untuk itu, penelitian ini bertujuan ingin melihat hubungan antara tingkat pendapatan bersih (p/tahun), waktu cengkeh dijual (minggu ke-i sejak panen) dan tingkat harga jualnya (p/kilogram cengkeh kering).
Penelitian dilakukan pada wilayah kerja UPP-IC Kabupaten Bogor, karena merupakan daerah potensial cengkeh Jawa Barat. Kecamatan Contoh adalah Cibungbulang dimana lokasi ini berdekatan dengan lokasi KKN (yaitu Kecamatan Jasinga), dan PLPT-nya punya cukup waktu untuk mendampingi praktikan. Desa contohnya adalah Cibatak I, II dan Situudik ditambah dengan desa Curug, Jasinga.
Sampai dengan tingkat desa ini, pengambilan contoh dilakukan secara sengaja ("purposive"), sedangkan pada tingkat petani, respondennya diambil secara sekwential.
Petani yang diwawancara ada 38 orang, tetapi yang bisa dijadikan data hanya 33 orang.