Potensi Kebakaran Hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Berdasarkan Curah Hujan dan Sumber Api
Abstract
Saat ini keadaan hutan di Indonesia semakin lama semakin rusak. Dari segi kecepatan perusakan dan akibat yang ditimbulkan, kebakaran merupakan salah satu faktor perusak yang paling membahayakan. Oleh karenanya perlu dilakukan penanggulangan terhadap kebakaran hutan, antara lain dengan dikembangkannya suatu sistem yang dapat menduga tingkat bahaya kebakaran (fire danger) disuatu daerah hutan pada saat tertentu (terutama pada musim kebakaran). Untuk itu diperlukan penilaian bahaya kebakaran (fire danger rating) dari berbagai unsur yang meliputi unsur bahan bakar, cuaca dan sumber api kebakaran. Bahaya kebakaran ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan peringatan dini, baik untuk pencegahan, persiapan pemadaman, maupun pemadamannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis curah hujan di TNGP dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2003-2007) kaitannya dengan tingkat kerawanan terjadinya kebakaran hutan, serta mengkaji potensi sumber api yang menjadi penyebab kebakaran hutan di TNGP. Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) dan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung Bogor, pada bulan September-November 2008. Bahan dan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kebakaran hutan yang terjadi di lokasi penelitian dari tahun 1997-2007, data sekunder mengenai TNGP dan Desa Sukaresmi, data curah hujan bulanan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2003-2007) dan pada tahun 1997 (saat terjadi el-Nino), daftar pertanyaan untuk wawancara mendalam bagi masyarakat dalam kaitannya dengan cara pembersihan lahan, serta daftar kuisioner untuk mengumpulkan data mengenai perilaku pengunjung dalam penggunaan api di dalam kawasan TNGP. Berdasarkan nilai curah hujan selama 5 tahun (2003-2007) dengan nilai rata-rata curah hujan tahunan mencapai 3226 mm maka kawasan TNGP termasuk ke dalam kategori tidak rawan terhadap bahaya kebakaran. Peristiwa kebakaran di TNGP disebabkan oleh 100% ulah manusia antara lain pembuatan perapian di hutan oleh masyarakat, pengunjung, dan/atau pemburu liar; pembuatan arang oleh masyarakat, dan adanya aktivitas pembakaran di lahan pertanian milik masyarakat; serta didukung oleh kondisi lingkungan (seperti kondisi iklim yang kering pada musim kemarau, pengaruh El-Nino, dan masih aktifnya Gunung Gede). Potensi sumber api dari masyarakat dalam kegiatan pembersihan lahan dengan menggunakan api dinilai kecil karena masyarakat sudah menggunakan teknik pembakaran terkendali dan pembersihan lahan yang lebih ramah lingkungan. Sedangkan perapian dari pendaki berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.
Collections
- UT - Silviculture [1361]