Konsumsi dan Pemanfaatan Kay Kelapa (Coconus nucifera L) (Studi Kasus di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sleman)
Abstract
Menurut Departemen Kehutanan (1983) yang dikutip Mangundikoro (1984), pada tahun 2000 atau akhir Pelita IV kemungkinan besar kebutuhan kayu berkisar 80 juta m³ per tahun. Menjelang tahun 2000 hutan alam sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan kayu yang terus meningkat tersebut.
Untuk mengatasi ketidakmampuan hutan alam dalam meme- nuhi kebutuhan kayu yang terus meningkat, maka perlu dila- kukan usaha dengan mencari bahan yang dapat dipergunakan sebagai substitusi kayu rimba.
Salah satu usaha ke arah itu adalah dengan faatkan batang kelapa melalui pengolahan tertentu. meman- Menu- rut Barly (1983), kayu kelapa sebagai bahan bangunan da- pat dijadikan untuk keperluan tiang, tiang pembantu, kerangka jendela dan pintu, usuk, reng dan sirap.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsumsi dan pemanfaatan kayu kelapa sebagai salah satu kemungkinan substitusi kayu rimba, selain itu juga dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi dalam pemanfaatannya dan keuntungan pada tingkat pedagang pengumpul, industri penggergajian maupun konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kayu kelapa lebih murah bila dibandingkan dengan harga kayu rimba. Untuk usuk ukuran 5x7 cm harga kayu kelapa 50% daripada harga kayu kamper, 78,95% dari harga kayu meranti putih. dan 15,87% dari harga kayu jati, dengan harga terendah (kayu kelapa) Rp.750 sedangkan harga tertinggi (kayu jati) Rp. 4.725. Untuk usuk ukuran 4x6 cm harga kayu kelapa 56,60% dari harga kayu kamper, 85,71% dari harga kayu meranti putih dan 18,52% dari harga kayu jati, dengan harga terendah (kayu kelapa) Rp. 600 dan harga tertinggi (kayu jati) Rp. 3.240. Untuk balungan ukuran 8x12 cm harga kayu kelapa 43,64% dari harga kayu kamper, 93,25% dari harga kayu meranti putih dan 15% dari harga kayu jati, dengan harga terendah (kayu kelapa) Rp. 1.960 sedangkan harga tertinggi (kayu jati) Rp.12.960.
Menurut data dari Dinas Perkebunan Sleman pada tahun 1991 potensi kayu kelapa yang tidak produktif adalah 3.523,3 m³, sedangkan konsumsi kayu kelapa oleh 12 industri penggergajian disana mencapai 8.688,47 m³ 3 per tahun, berarti ada defisit sebesar 5.165,17 m³…dst
Collections
- UT - Forestry Products [2386]