Pengaruh kombinasi pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max(L.) Merr) panen muda dengan budidaya organik
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi pupuk organik yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi kedelai panen muda dalam budidaya kedelai secara organik. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB di Cikarawang, Darmaga, Bogor pada bulan September 2005 sampai Mei 2006.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal. Percobaan terdiri dari 12 perlakuan dengan 3 ulangan
sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Pupuk organik yang dikombinasikan yaitu
pupuk kandang ayam petelur dosis 20 ton/ha, pupuk hijau Centrocema pubescens
dosis 25 kg benih/ha dan limbah pertanian yang terdiri dari kompos jerami padi
dosis 4 ton/ha dan abu sekam padi dosis 2 ton/ha. Seluruh data percobaan diolah
dengan sidik ragam menggunakan program SAS. Apabila terdapat pengaruh yang
nyata maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Pupuk hijau ditanam selama 3 bulan dan didekomposisikan selama 2 bulan. Pupuk kandang, kompos dan abu sekam padi disebar 1 bulan sebelum penanaman kedelai. Benih kedelai yang digunakan adalah kedelai varietas Wilis. Tanaman penghambat organisme pengganggu tanaman (OPT) yang digunakan yaitu Tagetes dan serai, berfungsi untuk mengurangi serangan OPT ditanam pada 1 bulan setelah proses dekomposisi pupuk hijau dimulai.
Pembanding dari budidaya organik adalah budidaya konvensional, namun seluruh data pengamatan pada budidaya konvensional tidak dianalisis secara statistik. Untuk memenuhi kebutuhan hara pada budidaya konvensional dilakukan pemupukan dengan dosis 100 kg urea/ha, 200 kg SP-36/ha dan 150 kg KCl/ha. Sebagai pestisida kimia digunakan Decis, Dithane M45 dan Furadan 3G.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik sangat nyata (a=1%) menurunkan intensitas hama pada umur 7 MST, nyata menurunkan intensitas hama pada umur 8 dan 9 MST serta nyata (a=5%) meningkatkan bobot kering bintil akar umur 7 MST dan cenderung nyata (a=10 %) menurunkan intensitas hama pada umur 10 MST. Terhadap peubah lain baik vegetatif maupun generatif perlakuan kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Walaupun tidak berbeda nyata, kombinasi dari pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah pertanian (kompos atau abu sekam padi) memberikan hasil yang lebih baik. Bobot polong per 10 m² pada perlakuan kombinasi pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos sebesar 10.13 kg dan pada perlakuan kombinasi pupuk kandang, pupuk hijau dan abu sekam padi sebesar 10.86 kg.
Secara umum hampir semua peubah pada budidaya konvensional memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan budidaya organik. Bobot polong kedelai pada budidaya konvensional sebesar 1.80 kg/10 m² atau sekitar 1.80 ton/ha.