Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kokon di Desa Wangunjaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut
Abstract
Kabupaten Garut yang termasuk Propinsi Jawa Barat merupakan sentra pengembangan sutera alam, mulai dari penghasil kokon, benang sutera dan kain sutera. Bahkan sejak tahun 1903, Kabupaten Garut sudah dikenal sebagai daerah penghasil sutera alam dan pelopor pembudidayaan ulat sutera. Kecamatan Banjarwangi sekitar 50 km dari kota Garut merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut sebagai penghasil kokon dengan kualitas yang baik khususnya di Desa Wangunjaya tetapi produktivitasnya masih rendah (21,40-33,88 Kg/Box). Hal ini diduga bahwa penggunaan faktor-faktor produktivitas kokon belum efisien secara ekonomi, sehingga permasalahannya adalah bagaimana tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kokon.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pendapatan usahatani kokon, (2) mengevaluasi tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kokon. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan 30 responden petani kokon, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan dari instansi- instansi terkait dengan penelitian ini.
Berdasarkan analisis pendapatan, maka usahatani kokon di Desa Wangunjaya dapat memberikan keuntungan, sehingga petani kokon dapat terus mempertahankan kegiatan usahataninya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya total dan tunainya adalah 2,12 dan 1,89, jadi untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk usahatani kokon dapat memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,12 dan Rp. 1,89.
Dalam analisis fungsi produksi digunakan tiga model yaitu (1) Fungsi Produksi Tanpa Restriksi Elastisitas (Model I), (2) Fungsi Produksi dengan Restriksi Jumlah Elastisitas sama dengan Satu (Model II), dan (3) Fungsi Produksi dengan Restriksi Jumlah Elastisitas kurang dari Satu (Model III). Perbandingan kondisi optimal penggunaan faktor produksi untuk ketiga model tersebut, diperoleh hasil produksi kokon yang berbeda, yaitu untuk model I memperoleh produksi kokon lebih besar dari Model II dan I.
Berdasarkan ketiga model dengan kondisi optimal tersebut, apabila diterapkan di lapangan dan digunakan oleh petani kokon, maka model III yang lebih baik untuk diterapkan, di mana pendapatan petani kokon pada kondisi optimal berdasarkan model tersebut, masih lebih menguntungkan daripada usahatani saat ini, dengan nilai R/C (sebesar 5,37) yang lebih besar daripada nilai R/C pada kondisi aktual (sebesar 2,29). Hal ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan efisiensi tercapai keuntungan maksimum.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah (1) untuk petani disarankan perlu adanya penambahan lahan tanaman murbei, agar Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah (1) untuk petani disarankan perlu adanya penambahan lahan tanaman murbei, agar pengeluaran penggunaan daun murbei dapat diminimalkan. Sedangkan (2) perlu adanya peningkatan pembinaan dan penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan untuk memberikan penyuluhan kepada petani mengenai penggunaan input optimal sehingga diperoleh hasil yang optimal dan keuntungan yang maksimal.