Analisis pendapatan dan pemasaran gula merah : kasus: Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat
Abstract
Prospek dan peluang permintaan pasar terhadap gula merah kelapa cukup cerah sejalan dengan perkembangan industri pangan yang menggunakan bahan baku gula merah, baik di dalam maupun di luar negeri. Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra pengembangan gula merah, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Propinsi Jawa Barat, salah satu daerah yang sebagian masyarakatnya berusaha dalam bidang industri gula merah adalah Kabupaten Sukabumi.
Desa Cipeundeuy adalah salah satu daerah di Kabupaten Sukabumi yang sebagian masyarakatnya berusaha dalam bidang gula merah. Daerah ini memiliki potensi alam yang mendukung untuk pengembangan usaha gula merah dari kelapa. Walaupun potensi alam cukup mendukung untuk pengembangan usaha gula merah, tetapi perajin di desa tersebut mengalami kesulitan dalam memperoleh kayu bakar untuk proses pemasakan gula merah. Selain itu apabila dalam kondisi musim peralihan (kemarau hujan), produksi nira kelapa yang dihasilkan oleh tanaman mengalami penurunan. Akibatnya produktivitas gula merah yang dihasilkan menjadi menurun. Dilihat dari sisi permodalannya, perajin gula merah yang terdapat di Desa Cipeundeuy sering mengalami kekurangan modal untuk membiayai produksinya. Akibatnya perajin terpaksa harus meminjam uang kepada lembaga pemasaran (tengkulak) untuk memodali usaha guia merahnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pendapatan yang diperoleh perajin gula merah di Desa Cipeundeuy, (2) menganalisis efisiensi pemasaran gula merah yang di produksi oleh perajin Desa Cipeundeuy. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi atas dasar pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah pengembangan gula merah yang berbahan baku dari kelapa deres, pengembangan usaha gula merah di daerah ini menghadapi beberapa permasalahan yang perlu diteliti dan usahanya masih tergolong subsisten.
Pada penelitian ini, pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode contoh acak sederhana (simple random sampling). Adapun jumlah perajin gula merah yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini adalah sebanyak 30 orang perajin dari total populasi sebanyak 44 orang perajin dengan error sebesar 10 persen.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perajin diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai dan total yang diperoleh perajin I ternyata nilainya lebih rendah dari perajin II. Hal ini terjadi karena penerimaan yang mampu diperoleh perajin I ini lebih rendah dari perajin II, sedangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perajin II ini hampir sama dengan perajin I.
Apabila dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio) atas biaya tunainya maka diketahui ternyata usaha gula merah yang sedang dikembangkan oleh perajin I pada dasarnya layak untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu. Kelayakan usaha gula merah perajin I ini apabila dilihat dari R/C rasio atas biaya totalnya ternyata hasilnya tidak layak. Apabila dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio) atas biaya tunai dan totalnya pada perajin II pada dasarnya layak untuk diusahakan karena memiliki nilai R/C rasio yang lebih besar dari ..dst