Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi substitusi mata uang di Indonesia
Abstract
Substitusi mata uang atau yang lebih dikenal dengan istilah currency
substitution merupakan suatu fenomena dimana fungsi mata uang domestik
tersubstitusi oleh mata uang asing dalam perekonomian domestik. Hal ini
biasanya terjadi pada saat terpuruknya kondisi ekonomi dan keuangan di suatu
negara yang berpengaruh terhadap keuntungan dari menyimpan mata uang
domestik. Peristiwa tersebut akan menyebabkan masyarakat berusaha untuk
melindungi nilai kekayaan dan pendapatan mereka dengan menunjukkan
kecenderungan untuk memiliki valuta asing daripada mata uang domestik.
Substitusi mata uang akan mempersulit otoritas moneter dalam mengawasi
likuiditas domestik, akibatnya pemerintah tidak dapat mengetahui dengan pasti
permintaan atau stok mata uang domestik sehingga akan sulit bagi otoritas
moneter untuk mengetahui pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan
ekonomi (Damayanti, 1989). Tingkat substitusi mata uang dapat ditunjukkan
dengan foreign currency deposit atau rekening valas terhadap jumlah uang
beredar, yang di Indonesia dikenal dengan deposito berjangka valas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
substitusi mata uang di Indonesia selama periode 1997–2004 yang dapat diukur
dengan indikator nilai deposito berjangka valuta asing, serta untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi substitusi mata uang di Indonesia selama
periode 1997-2004. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS), serta instansi-instansi
terkait lainnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Program yang digunakan
adalah EViews 4.1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat substitusi mata uang di
Indonesia berfluktuasi pada tahun 1997-2004. Pada tahun 1997 sampai 1999 dan
tahun 2002 substitusi mata uang mengalami peningkatan yang ditunjukkan
dengan semakin meningkatnya nilai deposito berjangka dalam valas akibat krisis
ekonomi. Pada tahun 2000, 2001, 2003, dan 2004 pertumbuhan substitusi mata
uang menurun disebabkan semakin membaiknya kondisi perekonomian.