Analisis Daya Saing dan Strategi Pendukung Kebijakan Bea Keluar pada Komoditas Kakao Indonesia
Date
2024-01-17Author
Ramadhani, Rifqi Aulia
Rifin, Amzul
Novianti, Tanti
Metadata
Show full item recordAbstract
Kakao merupakan salah satu komoditas pertanian utama di sebagian besar negara, baik dari segi impor maupun ekspor. Tahun 2015/2016 produksi biji kakao Indonesia mencaapai sekitar 320.000 ton, menempatkan Indonesia di posisi ke-3 di bawah Pantai Gading (1.581.000 ton), dan Ghana (778.000 ton), dan mendominasi total produksi biji kakao di wilayah Asia dan Oceania, yang secara keseluruhan memproduksi biji kakao sebanyak 397.000 ton (International Cocoa Organization 2018). Akan tetapi, terlepas dari itu, agribisnis kakao di Indonesia masih terdapat permasalahan yang perlu dihadapi, seperti potensi menurunnya produktivitas kebun akibat serangan hama, dan belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Ada pun pemberlakuan bea keluar yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia yang memengaruhi skema produksi, ekspor, dan impor komoditas kakao Indonesia. Penerapan kebijakan bea keluar yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2010 memiliki tujuan untuk mendukung tersedianya pasokan biji kakao bagi industri dalam negeri dan meningkatkan hilirisasi pengolahan produk kakao Indonesia.
Adanya kebijakan bea keluar yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2010 terjadi perubahan skema ekspor biji kakao dan produk turunannya (lemak, powder, dan pasta), yaitu ekspor biji kakao yang semakin menurun karena ekspor kakao Indonesia menjadi lebih difokuskan pada ekspor produk olahannya. Akan tetapi, dengan adanya perubahan skema ekspor tersebut, untuk dapat memproduksi produk olahan kakao, diperlukan bahan dasar kakao dengan kuantitas yang memadai, sementara tren produksi kakao Indonesia sedang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mengharuskan Indonesia untuk melakukan Impor biji kakao agar produksi dan pengolahan produk turunan kakao dapat terus berlangsung.
Setelah berlangsung selama lebih dari 10 tahun, Penerapan bea keluar pada komoditas kakao Indonesia menyebabkan adanya perubahan skema produksi, ekspor, dan impor kakao Indonesia, sehingga perlu ditinjau kembali apakah penerapan bea keluar memliki dampak yang positif terhadap ekspor produk turunan kakao Indonesia. Rumusan masalah penelitian ini meliputi kondisi daya saing kakao Indonesia di pasar internasional setelah diberlakukannya kebijakan bea keluar, dan dampak apa yang ditimbulkan oleh penerapan bea keluar pada komoditas kakao Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis daya saing biji kakao Indonesia dan produk turunannya di pasar internasional secara komparatif dan kompetitif, dan menganalisis kebijakan bea keluar biji kakao Indonesia.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2023 di berbagai instansi, perusahaan, atau organisasi yang bergerak pada bidang perkebunan dan perdagangan komoditas kakao Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada stakeholder industri kakao Indonesia sebagai responden penelitian ini. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling, karena ditujukan kepada responden yang telah ditentukan sesuai dengan kapabilitas dan kredibilitasnya. Sementara data sekunder yang digunakan pada penelitian ini dapat berupa data dari Direktorat Jendral Perkebunan, Badan Pusat Statistik, International Trade Center (ITC), BPS, WITS dan penelitian-penelitian terdahulu. Data primer dan sekunder pada penelitian ini diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Analisis yang dilakukan memiliki tahapan: Pengukuran daya saing dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur daya saing kakao Indonesia secara komparatif, kemudian dilanjutkan dengan penyebaran kuisioner kepada stakeholder komoditas kakao Indonesia untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing komoditas kakao Indonesia secara kompetitif menggunakan Porter’s Diamond Model.
Daya saing biji kakao Indonesia di pasar internasional berdasarkan estimasi nilai RCA mengalami penurunan pasca diberlakukannya kebijakan bea keluar pada tahun 2010, sementara produk olahan biji kakao (powder, butter, dan pasta) mengalami peningkatan yang cukup tinggi di negara tujuan utama ekspor. Sementara berdasarkan metode Porter’s Diamond Model, faktor permintaan, faktor strategi perusahaan, struktur, dan persaingan serta faktor kesempatan merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam daya saing kakao Indonesia. Peningkatan daya saing pada produk olahan biji kakao Indonesia di pasar internasional dapat dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat daya saingnya di negara tujuan ekspor, mengingat konsumsi dan kebutuhan produk olahan biji kakao serta industri pengolahan kakao saat ini sedang mengalami perkembangan cukup pesat. Cocoa is one of the main agricultural commodities in most countries, both in terms of imports and exports. In 2015/2016, Indonesia's cocoa bean production reached around 320,000 tons, placing Indonesia in 3rd position behind Ivory Coast (1,581,000 tons) and Ghana (778,000 tons) and dominating the total production of cocoa beans in the Asia and Oceania region, which overall produces 397,000 tons of cocoa beans (International Cocoa Organization 2018). However, apart from that, cocoa agribusiness in Indonesia still has problems that need to be faced, such as the potential for decreased plantation productivity due to pest attacks and the lack of optimal development of downstream cocoa products. There is also the imposition of export duties set by the Indonesian government, which affects the production, export, and import scheme of Indonesian cocoa commodities. The implementation of the export duty policy carried out by the Indonesian government in 2010 had the aim of supporting the availability of cocoa bean supplies for the domestic industry and increasing the downstream processing of Indonesian cocoa products.
With the export duty policy set by the government in 2010, there was a change in the export scheme for cocoa beans and their derivative products (fat, powder, and paste), namely exports of cocoa beans, which increasingly decreased because Indonesian cocoa exports became more focused on exports of processed products. However, with the change in the export scheme, to be able to produce processed cocoa products, sufficient quantities of cocoa basic ingredients are needed, while the trend of Indonesian cocoa production has been experiencing a decline in recent years, thus requiring Indonesia to import cocoa beans for production and processing of cocoa derivative products to continue.
After lasting for more than 10 years, the implementation of export duties on Indonesian cocoa commodities has resulted in changes to the Indonesian cocoa production, export, and import scheme, so it is necessary to review whether the implementation of export duties has a positive impact on exports of Indonesian cocoa derivative products. The formulation of this research problem includes the condition of Indonesian cocoa's competitiveness in the international market after the implementation of the export duty policy and the impact caused by the implementation of export duties on Indonesian cocoa commodities. The aim of this research is to analyze the competitiveness of Indonesian cocoa beans and their derivative products in the international market in a comparative and competitive manner and to analyze the export duty policy for Indonesian cocoa beans.
This research was conducted from March to June 2023 at various agencies, companies, or organizations operating in the plantation and trade sectors of Indonesian cocoa commodities. The data used in this research includes primary data and secondary data. Primary data were obtained through distributing questionnaires to Indonesian cocoa industry stakeholders as respondents to this research. The sampling technique used was purposive sampling because it was aimed at respondents who had been determined according to their capabilities and credibility. Meanwhile, secondary data used in this research can be data from the Directorate General of Plantations, Central Statistics Agency, International Trade Center (ITC), BPS, WITS, and previous studies. Primary and secondary data in this research were processed using Microsoft Excel and SPSS. The analysis carried out has stages: Measuring competitiveness using the Revealed Comparative Advantage (RCA) method to measure the competitiveness of Indonesian cocoa comparatively, then followed by distributing questionnaires to Indonesian cocoa commodity stakeholders to find out the factors that influence the competitiveness of Indonesian cocoa commodities in general, competitive using Porter's Diamond Model.
The competitiveness of Indonesian cocoa beans in the international market based on RCA value estimates decreased after the implementation of the export duty policy in 2010, while processed cocoa bean products (powder, butter, and paste) experienced a significant increase in the main export destination countries. Meanwhile, based on the Porter's Diamond Model method, demand factors, company strategy factors, structure and competition as well as opportunity factors are very important factors in the competitiveness of Indonesian cocoa. Increasing the competitiveness of Indonesian processed cocoa bean products in the international market can be utilized by Indonesia to strengthen its competitiveness in export destination countries, considering that consumption and demand for processed cocoa bean products as well as the cocoa processing industry are currently experiencing quite rapid development.
Collections
- MT - Business [1572]