Analisis komparatif dan kompetitif usaha emping melinjo di Kabupaten Serang : studi kasus di Desa Sukadalem Kecamatan Waringin Kurung
Abstract
Kabupaten Serang memiliki populasi tanaman melinjo (Gnetum gnemon, L) terbesar kedua setelah Kabupaten Pandeglang di Propinsi Banten. Usaha emping melinjo merupakan pasar terbesar bagi budidaya tanaman melinjo. Sehingga budidaya tanaman melinjo hanya berkembang bila usaha emping melinjo juga berkembang. Selang tahun 2000 - 2002, harga emping melinjo dari Kabupaten Serang di pasar dunia menunjukkan adanya kenaikan. Namun potensi bahan baku yang berlimpah di Kabupaten Serang tidak sebanding dengan ekspor emping melinjo yang hanya sepuluh persen dari total produksi emping melinjo Kabupaten Serangdan 60,25 persen dari total ekspor emping melinjo Kota Cilegon yang memiliki luas panen tanaman melinjo hanya sebesar lima belas persen dibandingkan Kabupaten Serang. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keunggulan usaha emping melinjo di Kabupaten Serang, terutama bila dikaitkan dengan upaya pengembangan usaha kecil tersebut. Disamping itu ingin diketahui juga pengaruh perubahan nilai tukar, tingkat suku bunga dan upah tenaga kerja, sebagai faktor-faktor yang dipengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung, terhadap keunggulan usaha tersebut.
Analisis dengan menggunakan PAM menunjukkan bahwa usaha emping melinjo memiliki keuntungan di atas normal, baik dalam kondisi adanya distorsi kebijakan maupun dalam pasar persaingan sempurna. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha emping melinjo layak untuk diusahakan. Selain itu, analisis PAM juga menunjukkan bahwa usaha emping melinjo di Kabupaten Serang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Kondisi ini terlihat dari nilai rasio biaya privat (PCR) dan rasio biaya sumberdaya domestik (DCR) yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa sumber daya domestik yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah satu satuan adalah lebih kecil dari satu satuan dalam kondisi adanya intervensi pemerintah maupun persaingan
sempurna. Berdasarkan analisis finansial dan ekonomi usaha juga terlihat bahwa komponen terbesar pembentuk biaya adalah transportasi dan bahan baku yang pembentukan harganya diserahkan kepada mekanisme pasar. Upaya penurunan komponen biaya transportasi dapat dilakukan dengan pembentukan pasar komoditi emping di Kabupaten Serang. Komponen pembentuk penerimaan terbesar adalah dari pasar domestik. Bila melihat kepada tren pasar luar negeri yang terus menaik, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai analisis pasar emping melinjo di tingkat internasional.