Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor kopi arabika Indonesia
Abstract
Komoditas kopi Arabika merupakan komoditas pertanian unggulan yang hingga kini masih terus memberikan devisa bagi negara setiap tahunnya. Selama tahun analisis (1982-2002), perkembangan baik produksi maupun ekspor kopi Arabika Indonesia menunjukkan kecenderungan trend yang meningkat. Produksi kopi Arabika Indonesia tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika Indonesia. Sebagian besar dari produksi kopi Arabika domestik ditujukan untuk ekspor. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor kopi Arabika Indonesia, salah satunya adalah nilai tukar. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan pada perkembangan ekspor kopi Arabika Indoensia.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi Arabika Indonesia dan bagaimana pengaruhnya. (2) Menganalisis nilai efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi kopi Arabika Indonesia. (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Arabika Indonesia dan bagaimana pengaruhnya.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data deret waktu (time series) selama periode 1982-2002. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, dan juga Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Model yang digunakan di dalam penelitian ini adalah model regresi berganda. Pada model penawaran produksi digunakan model fungsi Cobb-Douglas dan pada model penawaran ekspor digunakan model fungsi linier. Kedua model tersebut diduga dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Pada variabel- variabel yang terdapat dalam model produksi dilakukan uji efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi.
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R²) masing-masing persamaan dalam model cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman masing-masing variabel endogen dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Nilai R² yang diperoleh untuk model produksi sebesar 95,5 persen dan nilai R² untuk persamaan ekspor sebesar 89,6 persen. Tidak terdapat masalah autokorelasi pada kedua model yang dianalisis. Pendugaan ada tidaknya masalah autokorelasi untuk model
produksi menggunakan uji Durbin Watson dan untuk model ekspor menggunakan uji Durbin-h karena adanya lagged endogenous variable di dalam model. ...