Analisis lintas pada pendapatan rumah tangga di Pedesaan Jawa Timur
View/ Open
Date
1998Author
Suryati, Eni
Dina S., Itasia
Wijayanto, Hari
Metadata
Show full item recordAbstract
Lahan merupakan sumber ekonomi terpenting bagi masyarakat pedesaan. Karena itu bila membicarakan masalah pendapatan rumah tangga selalu dihubungkan dengan pemilikan tanah. Tetapi dengan adanya perubahan peranan sektor pertanian yang cenderung menurun maka sebaiknya pendapatan rumah tangga tidak hanya didasarkan pada penguasaan tanah saja tetapi juga dilihat dari penguasaan peubah-peubah produksi lainnya.
Hubungan antara pendapatan rumah tangga dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya terlebih dahulu disusun dalam suatu diagram lintas berdasarkan pertimbangan dan pengalaman dari penelitian sebelumnya. Kemudian dari diagram lintas tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh langsung dan tak langsung masing-masing peubah dengan cara menguraikan koefisien korelasinya.
Peubah yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan rumah tangga adalah pendapatan sektor pertanian, pendapatan sektor non-pertanian, umur kepala keluarga, banyaknya anggota rumah tangga, dan luas lahan yang dimiliki. Dari kelima peubah tersebut, di desa-desa dataran rendah pendapatan sektor non-pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan rumah tangga. Sedangkan di dataran tinggi, pendapatan sektor pertanian masih mendominasi. Keadaan ini dikarenakan adanya pengaruh dari beberapa peubah seperti asesibilitas desa (kemudahan masyarakat suatu desa untuk mencapai kota) dan kepadatan penduduk agraris di desa tersebut.
Pendapatan dari kegiatan usahatani dan berburuh tani mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan sektor pertanian di semua desa contoh, kecuali pada Desa Brondong yang merupakan wilayah pantai karena sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan yang tidak memerlukan buruh dari luar rumah tangga. Hal ini mengakibatkan pendapatannya di sektor berburuh pertanian tidak begitu menonjol.
Kegiatan industri perikanan merupakan sumber pendapatan non-pertanian yang paling menonjol di desa-desa iklim kering karena erat kaitannya dengan usaha pengawetan ikan. Kegiatan di sektor perdagangan, industri, pegawai, dan burulı di desa-desa iklim basah memberikan kontribusi yang cukup seimbang bagi pendapatan sektor non-pertanian. Sedangkan di wilayah dataran tinggi, pengaruh yang terbesar di sektor non-pertanian adalah dari kegiatan berdagang sayuran dan ternak.