Penggunaan antitoksin dan toksoid tetanus dalam pengendalian tetanus pada kuda
View/ Open
Date
1988Author
Putra, I Gusti Agung Arta
Partoatmodjo, soeratno
Metadata
Show full item recordAbstract
Kuda merupakan binatang piaraan yang umum dimanfaatkan tenaganya sebagai penarik delman, gerobak atau pedati. Disamping itu, kuda juga digunakan untuk pacuan, sehingga mempunyai nilai yang lebih tinggi (mahal).
Tetanus adalah penyakit susunan syaraf pusat yang me- nyebabkan kontraksi spasmodik dari muskulus. Penyebab dari tetanus adalah adanya infeksi racun yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. C. tetani umum ditemukan pada kotoran hewan, tanah kebun, lumpur dan rawa-rawa. Secara normal C. tetani juga ditemukan dalam tinja kuda (Toledo, 1891 dalam Smith, 1984).
Gejala klinik tetanus pada kuda pada umumnya sama dengan hewan lainnya (Blood dan Henderson, 1968). Gejala klinik yang paling menonjol adalah kejang tetanus dan prolaps membrana niktitans.
Menurut Blood dan Henderson (1968), kuda merupakan hewan yang paling peka terhadap tetanus. Untuk itu berbagai usaha dilakukan untuk mencegah terjadinya tetanus pada kuda. Pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan imunisasi, baik imunisasi aktif dengan toksoid tetanus atau imunisasi pasif dengan antitoksin tetanus. Liefman (1980) telah mengembangkan imunisasi aktif-pasif gabungan dengan menggunakan antitoksin dan toksoid tetanus. Hal ini memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kedua cara di atas.
Antitoksin tetanus selain digunakan untuk tindakan pencegahan, juga digunakan untuk pengobatan tetanus. Pemberiannya dapat dilakukan secara subkutan, intramuskular, intravena, disuntikkan ke dalam ruang epidural maupun ruang sub-arachnoidea. Pemberian antitoksin tetanus ke dalam ruang sub-arachnoidea memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan cara lainnya (Muylle et al., 1975).