Penerapan sistem indeks kekeringan keetch byram (KBDI- Keetch byram drought index) untuk penilaian tingkat bahaya kebakaran hutan di Propinsi Jawa Barat
Abstract
Dalam pengendalian kebakaran hutan diperlukan suatu sistem pemantauan yang baik, terus menerus dan mudah pelaksanaanya. Salah satu upaya pemantauan kebakaran hutan dalam sistem pengendalian kebakaran hutan adalah dengan melakukan penilaian bahaya kebakaran hutan. Penilaian bahaya kebakaran hutan dapat dijadikan acuan dalam sistem peringatan dini (Early Warning System). Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan sistem penilaian bahaya kebakaran hutan dengan menggunakan sistem indeks kekeringan Keetch Byram (KBDI) sebagai salah satu metode penilaian bahaya kebakaran hutan di provinsi Jawa Barat.
Pendugaan bahaya kebakaran hutan merupakan kegiatan penting dalam rangka pengendalian kebakaran hutan. Apabila bahaya kebakaran hutan sudah dapat diketahui sebelumnya maka tindakan dalam pengendalian kebakaran hutan dapat dilakukan dengan lebih efisien. Pendugaan bahaya kebakaran hutan dapat dilakukan dengan membagi suatu wilayah kedalam beberapa daerah rawan kebakaran hutan dan menilai tingkat kerawanan kebakaran hutan daerah tersebut.
Pembagian daerah rawan kebakaran hutan dapat digunakan untuk perencanaan pengelolaan api dalam skala global dan untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan untuk menduga bahaya kebakaran hutan yang lebih mengarah ke setiap lokasi dan meliputi jangka waktu yang singkat dapat dilakukan penilaian bahaya kebakaran hutan.
Pembagian daerah rawan kebakaran hutan dapat dilakukan dengan menggunakan klasifikasi iklim Oldeman dan Schmidth Ferguson yang didasarkan pada rata-rata curah hujan dalaın jangka waktu yang lama yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan klasifikasi Oldeınan provinsi Jawa Barat dapat dibagi menjadi empat daerah rawan kebakaran hutan yaitu daerah rawan kebakaran hutan "Rendah", "Tinggi", "Sangat Tinggi" dan "Ekstrim". Sedangkan berdasarkan klasifikasi Schmidth Ferguson provinsi Jawa Barat dapat dibagi menjadi tiga daerah rawan kebakaran hutan "Rendah", "Sedang" dan "Tinggi".
Kebakaran hutan di provinsi Jawa Barat banyak terjadi pada daerah dengan tingkat bahaya kebakaran hutan "Tinggi " dan "Rendah" berdasarkan klasifikasi Oldeman atau pada daerah dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan "Rendah" berdasarkan Klasifikasi Schmidth Ferguson. Hal ini disebabkan karena di daerah rawan tersebut banyak terdapat kawasan hutan sehingga aktivitas- akti vitas masyarakat yang berhubungan dengan hutan semakin meningkat.
Nilai KBDI harian provinsi Jawa Barat berkisar 39-2008 dengan tingkatan Rendah (Low), Sedang (Medium) dan Tinggi (High). Umumnya kebakaran hutan terjadi pada saat nilai KBDI mencapai tingkatan Tinggi (High) yang biasanya terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dimana pada bulan- bulan tersebut keadaan curah hujan berada pada kisaran 0-200 mm.
Untuk jangka pendek, nilai KBDI sangat membantu petugas lapangan dalam membuat perkiraan daya nyala bahan bakar serta tindakan-tindakan yang harus diambil dengan cepat pada saat nilai KBDI berada pada tingkatan Tinggi (High). Selain itu nilai KBDI juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat bahaya kebakaran hutan yang dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan nyala api. Untuk Jangka panjang, nilai KBDI dapat digunakan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengendalian kebakaran hutan yang meliputi perundang-undangan maupun pendekatan-pendekatan sistem pencegahan kebakaran hutan baik dari segi sarana dan prasarana, ketenagakerjaan serta sumber dana.