Pemisahan dan pencairan pektin dari kulit buah kakao
View/ Open
Date
2004Author
Putri, Lestari Dwi
Nur, M. Anwar
Santoso, Djoko
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkebunan kakao di Indonesia menghasilkan limbah padat yang berupa kulit buah kakao (KBK) dengan jumlah lebih dari 1 juta ton. Kulit buah ini biasanya langsung dibuang. Sebenarnya, kulit buah kakao mengandung 6-12% pektin sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pektin yang sampai sekarang masih diimpor. Pektin memegang peranan penting dalam industri makanan terutama dalam industri sari buah, selai, jeli, dan sebagainya, karena kemampuannya membentuk gel dan pengental.
Pektin diekstraksi dari kulit buah kakao menggunakan air dan asam sebagai pengekstrak sampai pH 1.5. Filtrat yang dihasilkan ditambah dengan etanol 95% yang telah diasamkan dengan 2 ml HCl per 1 liter etanol dengan nisbah 1:1,5 dan diendapkan selama semalam. Endapan yang terbentuk disaring dan dicuci dengan etanol sampai bebas klorida. Pektin basah dikeringkan pada suhu kamar selama 24 jam. Pencirian pektin yang dilakukan meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, berat ekuivalen, kadar metoksil, kadar galakturonat, derajat esterifikasi, dan kadar pektin.
Pektin yang diperoleh termasuk pektin berkadar metoksil rendah. Larutan asam yang digunakan sebagai larutan pengekstraksi mempengaruhi rendemen dan ciri pektin yang dihasilkan. Semua pektin yang diperoleh dengan tiga jenis asam yang berbeda memenuhi standar Kodeks Makanan Indonesia Tentang Bahan Makanan Tambahan. Pektin yang diperoleh dari kulit buah kakao memiliki rendemen berkisar antara 5,02 dan 9,34%. Pektin yang diekstraksi dengan asam sitrat dipilih sebagai pektin terbaik dengan nilai rendemen 7,86%; kadar air 10,16%; kadar abu 3,16%; bobot ekuivalen 1,02.10³; kadar metoksil 2,31%; kadar galakturonat 30,35%; derajat esterifikasi 43,22%; dan kadar pektin 26,24%.
Collections
- UT - Chemistry [2065]