Penentuan Dosis Optimum Dopamin Untuk Menunda Pematangan Gonad Induk Udang Windu Afkir
Abstract
Ablasi pada induk udang windu betina (Penaeus monodon Fab) merangsang induk untuk terus menerus menghasilkan hormon perangsang pematangan gonad (GSH-Gonado Stimulating Hormone) sehingga induk matang telur dalam jarak waktu yang singka!. Dopamin-senyawa neurohonnon katekolaminyang secara alami terdapat dalam organ perikardial krustase bekerja menghambat aktivitas organ-Y dalam produksi GSH. Dalam penelitian ini induk betina a/kir hasil ablasi disuntik dengan dopamin (dosis 10,3. 10-'. 10'5, 10,6 mol) pada pangkal kald jalan ketiga dengan kemiringan 30°_45°. Masingmasing perlakuan diulang 6 kali. Sebagai kontrol digunakan hewan uji yang disuntik dengan aquabides. Dosis dopamin 10,5 dan 10'6 mol memperlihatkan kerja penundaan kematangan gonad induk betina yang berbeda nyata secara statistik pada selang kepercayaan 95% dibandingkan dengan kontrol dan dopamin dosis 10'3 dan 10-' mol. Rata-rata jarak waktu penyuntikan dan pemijahan untuk dosis dopamin 10" dan 10,6 mol yaitu 9,2 dan 9,8 hari. Sedangkan dosis 10,3 dan 10" mol menunjukkan rata-rata jarak waktu yang singkat yaitu 2,5 dan 2,6 hari. Dopamin dengan dosis H),' dan 10" mol secara nyata meningkatkan kualitas telur dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tingkat kenyamanan kondisi lingkungan yang optimum bagi udang yaitu suhu berldsar antara 27-28 °C, pH 8, salinitas 30 ppt, DO 6.8-7,0 ppm dan ketiadaan senyawa nitrogen yang toksik.
Collections
- UT - Biology [1976]