Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran kentang : kasus di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
Abstract
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu komoditas holtikultura unggulan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan setiap tahunnya. Selain dikonsumsi sebagai sayuran, dibuat makanan kecil dan diolah menjadi berbagai produk industri makanan juga digunakan untuk berbagai macam obat. Produksi kentang untuk tiap tahunnya cenderung berfluktuatif. Terjadinya penurunan produksi salah satunya disebabkan oleh petani yang tidak mau menanam komoditas kentang sebagai akibat tingginya harga input dan tidak stabilnya harga jual kentang. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani kentang yang dilakukan oleh petani. Sementara itu, dalam sistem pemasaran kentang di lokasi penelitian terjadinya penguasaan pasar oleh tengkulak dan pedagang lapak yang menyebabkan posisi tawar petani rendah sehingga kurang memberikan keuntungan bagi petani.
Majalengka merupakan salah satu sentra kentang di Jawa Barat. Dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana keragaan usahatani dan sistem pemasaran kentang yang meliputi pola saluran pemasaran, struktur pasar, fungsi dan prilaku pemasaran, marjin dan keterpaduan pasar yang terjadi di lokasi penelitian. Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada yang berkepentingan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Argamukti Kec. Argapura Kab. Majalengka, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan berdasarkan bahwa Desa Argamukti ini merupakan salah satu sentra komoditas kentang di Kec. Argapura dan produksi untuk Tahun 2002 mencapai 6.150 Ton (44,08 persen) dari total produksi Kecamatan Argapura. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dengan petani dan pedagang. Jumlah responden petani sebanyak 30 orang yaitu 10 orang petani pengguna bibit lokal bersertifikat, 16 orang petani pengguna bibit lokal tidak bersertifikat dan 4 orang petani pengguna bibit impor. Responden pedagang terdiri dari pedagang tengkulak, pedagang lapak, pedagang besar antar kota, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Direktorat Jendral Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, Dinas Pertanian Jawa Barat dan dari literatur lain yang terkait dengan penelitian ini. ...