Uji aktivitas formulasi bahan aktif dari miselium Lentinus cladopus LC4 invitro dan in vivo terhadap patogen tanaman kedelai Xanthomonas campesris pv.glycines
View/ Open
Date
2003Author
Tristanti, Wida
Sudirman, Lisdar I
Tjahjono, Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Lentinus cladopus LC4 dapat menghasilkan senyawn antimikrob yang aktif terhadap beberapa mikrob termasuk Xanthomonas campestris pv. glycines yang merupakan bakteri penyebab penyakit pustul pada tanaman kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk menguji formulasi bahan aktif dari miselium Lentinus cladopus LC4 terhadap Xanthomona campestris pv. glycines secara in vitro dan in vivo pada benih kedelai.
Pengujian in vitro formula 1 dan 2 terhadap Xanthomonas campestris pv. glycines dilakukan menggunakan metode cakram kertas. Pengujian in vivo formula 1 dan 2 pada benih kedelai dilakukan di rumah kaca menggunakan benih sehat dan benih yang berasal dari tanaman yang terserang penyakit dengan perlakuan aplikasi formula yang terdiri dari benih sehat direndam dalam formula 1 dan 2 (BshFI, BshF2), benih dari tanaman yang terserang penyakit dan direndam lalam formula 1 dan 2 (BskXF1, BskXF2), benih sehat diinokulasi patogen dan direndam formula 1 dan 2 (BshXF1, BshXF2), benih sehat direndam formula 1 dan 2 dan diinokulasi patogen (BshF1X, BshF2X). Perlakuan tanpa aplikasi formula (kontrol) yaitu benih seha. tanpa formula (BshF0), benih yang berasal dari tanaman yang terserang penyakit tanpa formula (BskXF0) dan benih sehat yang diinokulasi patogen tanpa formula (BshXF0). Jumlah pustul diamati saat timbul gejala pada daun dan intensitas penyakit dan hambatan pembentukan pustul dihitung berdasarkan rumus.
Formula 1 dan 2 menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan terhadap Xanthomonas campestris pv. glycines pada media agar secara in vitro. Pengujian in vivo formula 1 dan 2 pada benih kedelai menunjukkan adanya penghambatan penyakit pustul.
Jumlah pustul pada benih perlakuan BshF1 dan BshF2 lebih kecil daripada benih kontrol BshF0 (143; 253260) yang dihitung dari 3 tanaman atau 3 ulungan. Demikian juga jumlah pustul pada benih perlakuan BskXFI dan BskXF2 lebih kecil daripada benih kontrol BskXF0 (218; 219 < 228).
Jumlah pustul pada benih perlakuan BshXF1, BshXF2 lebih kecil daripada benih kontrol BshXFO (109; 193223). Jumlah pustul pada benih perlakuan BshFIX dan BshF2X lebih kecil daripada benih
kontrol BshXF0 (90; 125223). Hasil yang sama juga diperlihatkan oleh jumlah pustul rata-rata dari 3 ulangan.
Persentase intensitas penyakit pada benih perlakuan BsnFI dan BshF2 lebih kecil daripada benih kontrol BshF0 yang dihitung dari 3 tanaman (5,92; 7,61 % < 8,82%). Persentase intensitas penyakit pada benih perlakuan BskXF1 lebih kecil daripada 'benih kontrol BskXF0 (6,83 %< 7,50 %). Akan tetapi persentase intensitas penyakit pada benih perlakuan BskXF2 lebih besar daripada benih kontrol BskXF0 (7,74% 7,50%). Persentase intensitas penyakit pada benih perlakuan BshXF1 dan BshXF2
lebih kecil daripada benih kontrol BshXF0 (3,88 %; 5,77% 7,18%). Persentase intensitas penyakit pada benih perlakuan BshFIX dan BshF2X lebih kecil daripada benih kontrol BshXF0 (3,33%; 4,51
% < 7,18 %). Persentase hambatan pembentukan pustul pada benih perlakuan (BshF1, BshF2, BskXF1, BskXF2, BshXF1, BshXF2) lebih besar (2,7-59,6%) daripada benih kontrol BshF0, BskXFO dan BshXF0 (0,0%).
Pada semua benih perlakuan, kecuali BskXF1 dan BskXF2, aplikasi formula 1 menunjukkan jumlah pustul dan persentase intensitas penyakit yang lebih rendah daripada yang diberi aplikasi formula 2. Persentase hambatan pembentukan pustul pada benih perlakuan dengan aplikasi formula 1 lebih tinggi daripada formula 2
Formula 1 dan 2 dapat digunakan untuk menghambat pembentukan pustul dan memperkecil intensitas penyakit, akan tetapi formula 1 memiliki aktivitas yang lebih baik daripada formula 2 dalam menghambat pembentukan pustul dan lebih cocok digunakan sebagai biopestisida yang bersifat preventif sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
Collections
- UT - Biology [2159]