Pengaruh ekstrak mengkudu dan air kelapa terhadap pertumbuhan tunas dan pengumbian kentang (Solanum tuberosum L.) secara in vitro
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak mengkudu berbentuk kapsul dan air kelapa sebagai bahan suplemen alternatif media Murashige dan Skoog terhadap pertunasan dan pengumbian kentang (Solanum tuberosum L.) secara in vitro. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman PAU (Pusat Antar Universitas), Institut Pertanian Bogor, pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2003. Penelitian diawali dengan percobaan praperlakuan (pretreatment) untuk menentukan konsentrasi ekstrak mengkudu yang akan dipakai dalam tahap perlakuan. Pada percobaan praperlakuan diperoleh konsentrasi ekstrak mengkudu 1500 ppm sebagai batas konsentrasi maksimal media yang masih dapat meregenerasikan
eksplan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yang terdiri dari 4 taraf konsentrasi ekstrak mengkuda yaitu 0, 500, 1000 dan 1500 ppm serta 3 taraf konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 0, 5 dan 10 %v/v pada media MSO padat dengan 10 ulangan. Percobaan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap I induksi pertunasan dengan media perlakuan, dan tahap II induksi pengumbian dengan menggunakan media penginduksi umbi berbentuk cair yang terdiri atas media MS0, aspirin 30 mg/l, dan 15 %v/v air kelapa.
Bahan tanaman yang digunakan adalah stek mikro kentang varietas Granola yang berumur 6 minggu. Eksplan ditanam secara horizontal pada media perlakuan dengan menggunakan gunting dan pinset tanam dalam kotak tanam secara aseptis. Setelah eksplan bertunas berumur 4 minggu, dilakukan induksi pengumbian dengan menggunakan media penginduksi umbi yang seragam.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kedua faictor perlakuan. Selang konsentrasi ekstrak mengkudu yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa peubah pada tahap pengumbian saja, sedangkan faktor tunggal air kelapa berbeda sangat nyata pada tahap pertunasan saja. Konsentrasi air kelapa 10 %v/v dapat menghasilkan jumlah tunas dan buku terbanyak pada 1-4 MST. Pengaruh media pertunasan terbawa ke pengumbian, tetapi setelah 4 MSP (Minggu Setelah Pengumbian) diduga arah pertumbuhan didominasi oleh media penginduksi umbi, hal ini ditunjukkan dengan jumlah umbi yang tidak berbeda nyata setelah 4 MSP.
Konsentrasi ekstrak mengkudu yang semakin besar cenderung menurunkan peubah juinlah umbi pada 2 dan 3 MSP (peubah pengumbian), bobot basah umbi, bobot kering umbi dan persentase diameter umbi yang lebih besar atau sama dengan 5 mm (peubah panen). Efek negatif tersebut diduga disebabkan oleh sifat fisiologis coumarin dari ekstrak mengkudu yang cenderung menghambat mekanisme pengumbian. Pada tahap pengumbian belum ditemukan adanya kombinasi ekstrak mengkudu dan air kelapa untuk mendapatkan umbi in vitro terbaik, namun keduanya berpotensi untuk dapat diaplikasikan apabila menggunakan level nitrogen media pengumbian yang rendah.