Analisis kesempatan kerja dan migrasi penduduk di provinsi Jawa Tengah pada pra dan era otonomi daerah
Abstract
Sistem pemerintahan yang sentralisasi sebelum otonomi daerah telah menyebabkan perekonomian di kota tumbuh lebih pesat dibandingkan desa sehingga berdampak pada kesempatan kerja yang cukup besar di kota. Hal ini tentunya sangat menarik bagi masyarakat desa untuk melakukan migrasi ke kota. Lokasi Jawa Tengah yang cukup strategis karena letaknya yang dekat dengan daerah pusat industri maju seperti Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi (Jabodetabek) dan Surabaya, memberikan kemudahan bagi masyarakatnya untuk melakukan migrasi ke daerah tersebut. Migrasi keluar yang dilakukan oleh seseorang dengan motif ekonomi tanpa disertai dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki menyebabkan kemiskinan di daerah asal tetap meluas. Selain itu, migrasi yang dilakukan oleh seseorang dengan keahlian dan keterampilan khusus akan menyebabkan daerah asal migran kekurangan SDM yang berkualitas sehingga dapat menghambat pembangunan daerah. Dampak negatif dari migrasi ini harus segera diatasi dengan meningkatkan kesempatan kerja yang sesuai dengan keadaan angkatan kerja terutama dari sisi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Tengah. Melalui otonomi daerah, diharapkan pembangunan yang dirancang dan dilaksanakan oleh daerah dapat lebih efektif mendorong perekonomian daerah dengan menggunakan sumberdaya lokal seperti SDM di Jawa Tengah itu sendiri. Namun, seringkali otonomi daerah yang diterapkan tidak menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kadangkala pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya kesempatan kerja terutama pada bidang yang sebenarnya memiliki SDM yang potensial. Sehingga tujuan otonomi daerah yang sesungguhnya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak sepenuhnya berhasil, bahkan sering kali dianggap gagal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah kebijakan otonomi daerah dapat meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis sejauh mana otonomi daerah dapat menurunkan migrasi keluar di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan kesempatan kerja yang ada. Penelitian ini menggunakan shift share sebagai alat analisis untuk mengidentifikasikan sumber pertumbuhan ekonomi dari tenaga kerja di Provinsi Jawa tengah dalam dua periode waktu yaitu pra dan era otonomi daerah. Kemudian, berdasarkan hasil perhitungan shift share ini akan dihasilkan bagaimana pertumbuhan kesempatan kerja di Jawa Tengah. Selain itu, berdasarkan data tingkat migrasi keluar dari Jawa Tengah didapatkan sejauh mana otonomi daerah dapat menurunkan tingkat migrasi keluar dengan kesempatan kerja yang ada tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series berupa data jumlah penduduk yang bekerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Tengah untuk memproyeksikan kesempatan kerja. Periode data yang digunakan adalah periode pra otonomi daerah (Tahun 1996-2000), dimana periode ini menggambarkan kondisi kesempatan kerja sebelum otonomi daerah yang dipengaruhi oleh krisis ekonomi serta periode era otonomi daerah (Tahun 2001-2003 dan Tahun 2004-2007) yang menggambarkan kondisi awal diterapkannya otonomi daerah dan kondisi setelah pemerintah daerah beradaptasi dengan kebijakan otonomi daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja di Jawa Tengah era otonomi daerah terutama pada tahun 2004-2007 yang menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi (5 persen), walaupun peningkatan kesempatan kerja pada awal otonomi daerah (0,38 persen) lebih kecil dibandingkan saat pra otonomi daerah (1,60 persen). Namun, kesempatan kerja yang meningkat ini belum dapat menurunkan angka pengangguran di Jawa Tengah secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah belum cukup berperan dalam menurunkan angka pengangguran di Jawa Tengah. Berdasarkan data migrasi keluar, terlihat bahwa Jawa Tengah memiliki jumlah migran keluar terbesar dan selalu mengalami peningkatan khususnya pada data migrasi seumur hidup. Hal ini menunjukkan bahwa otonomi daerah belum cukup berperan dalam menurunkan jumlah migran keluar dari Jawa Tengah. Meningkatnya jumlah migran keluar ini diindikasikan dari kesempatan kerja yang ada di Jawa Tengah, dengan menganggap motif migrasi non ekonomi cenderung konstan. Kesempatan kerja terbesar di Jawa Tengah adalah pada lapangan usaha pertanian. Namun pada era otonomi daerah pertumbuhan kesempatan kerjanya lambat dan daya saingnya kurang baik dalam hal kesempatan kerja. Artinya, sebagian besar angkatan kerja di Jawa Tengah lebih memilih bekerja di luar pertanian dan bermigrasi ke daerah lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan kerja yang tersedia di Jawa Tengah untuk angkatan kerja yang berpendidikan cenderung rendah, sedangkan rata-rata pencari kerja di Jawa Tengah memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi. Tujuan dari otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama-sama dengan pemerintah pusat dapat bekerja sama untuk meningkatkan nilai tambah pertanian dari pada meningkatkan kesempatan kerja pada lapangan usaha ini. Hal ini dikarenakan jika kesempatan kerja di lapangan usaha ini ditingkatkan secara terus-menerus maka nilai tambah yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani tidak akan terwujud, bahkan akan menyebabkan timbulnya kemiskinan yang semakin bertambah di Jawa Tengah. Untuk mencegah hilangnya SDM potensial di Jawa Tengah akibat migrasi keluar, maka pemerintah sebaiknya di era otonomi daerah ini lebih meningkatkan pembangunan di sektor bangunan maupun industri pengolahan. Hal ini dikarenakan sektor-sektor tersebut tergolong sektor yang progresif pada masa otonomi daerah. Melalui pembangunan sektor-sektor tersebut, tenaga kerja akan mengalir dari sektor pertanian ke sektor bangunan atau industri pengolahan, serta dapat meningkatkan nilai tambah pada sektor pertanian.