Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
Abstract
Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dewasa ini kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat, akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur tiram putih, dimana sebagai tanaman sayuran berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat karena jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi dan dapat menjadi bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Cempaka Baru merupakan salah satu usaha yang membudidayakan tanaman jamur tiram putih. Permasalahan yang dihadapi Cempaka Baru adalah bahwa usaha ini mengalami risiko produksi, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Usaha Cempaka Baru memperoleh produktivitas tertinggi untuk tanaman jamur tiram putih yang dibudidayakan yaitu sebesar 0,38 kg per baglog, sedangkan produktivitas terendah yang dialami sebesar 0,15 kg per baglog. Kondisi tersebut disebabkan karena tanaman jamur tiram putih rentan terhadap perubahan cuaca dan iklim yang sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit dikendalikan. Selain itu keterampilan tenaga kerja yang dimiliki masih belum memadai, ditambah lagi dengan tingkat kegagalan tegnologi pengukusan yang dimiliki yaitu sebesar lima persen. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha. Untuk itu, maka dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi Cempaka Baru. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis risiko produksi dari kegiatan budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru dan hubungannya dengan return yang diharapkan, dan (2) menganalisis alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi di usaha Cempaka Baru. Penelitian dilaksanakan pada usaha Cempaka Baru di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 hingga Januari 2009. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak usaha, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Data-data tersebut berupa informasi seputar usaha Cempaka Baru dengan kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan, meliputi luas lahan, biaya, jumlah produksi, proses produksi serta data lainnya yang mendukung penelitian. Dilakukan analisis penilaian terhadap risiko produksi berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected Return. Risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation yang diduga dapat menunjukkan besarnya risiko yang terjadi. Indikasi adanya risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih dapat dilihat dengan adanya fluktuasi/variasi jumlah produksi ataupun produktivitas yang dialami Cempaka Baru. Risiko produksi tersebut mengakibatkan kerugian yang ditanggung usaha. Dengan adanya risiko produksi, hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dalam arti mengalami penurunan. Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan budidaya jamur tiram putih Cempaka Baru diperoleh nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih. Strategi pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam.
Collections
- UT - Agribusiness [4611]