Show simple item record

dc.contributor.authorKhoman, Ali
dc.contributor.authorFirdausi, Alya
dc.contributor.authorDewi, Puspita
dc.contributor.authorAlbar, Aysha Ayunda
dc.date.accessioned2023-11-13T15:38:50Z
dc.date.available2023-11-13T15:38:50Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.isbn978-623-467-881-9
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131970
dc.description.abstractMengatasi stunting dapat dilakukan dengan intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik adalah pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, imunisasi, pemberian vitamin A, dan Program Makanan Tambahan (PMT) baik untuk anak maupun ibu hamil. Intervensi sensitif adalah intervensi perbaikan kesehatan lingkungan, bantuan jamban sehat, program pengentasan kemiskinan, bantuan langsung tunai, Program Keluarga Harapan (PKH), serta Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari). Target pemerintah menurunkan stunting menjadi 14% di 2024 bukanlah sesuatu yang mudah. Hasil Riskesdas 2018 mengungkapkan prevalensi stunting 30,8% dan kemudian turun menjadi 21,6% sebagaimana ditunjukkan oleh Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Setiap tahun lahir sekitar 4,5 juta bayi di Indonesia. Kalau dalam rentang pertumbuhannya sampai usia balita 20% anak-anak tersebut mengalami stunting (pendek), maka berjuta-juta anak Indonesia terancam masa depannya. Mereka akan tumbuh dalam situasi kecerdasan yang terhambat yang membuat kemampuan bersaingnya menjadi rendah. Program untuk mengatasi stunting akan optimal bila miss targeting (salah sasaran) bisa dikurangi, artinya jangan sampai keluarga-keluarga stunting hanya menerima intervensi spesifik tetapi justru tidak menerima intervensi sensitif. Harmonisasi kriteria intervensi sensitif harus bisa menyatukan problem stunting dan problem kemiskinan. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherPT Penerbit IPB Pressid
dc.titleIntervensi Stuntingid
dc.typeBookid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record