Analisis Struktur Biaya Budidaya Anggrek Vanda Douglas (Kasus : Tiga Skala Usaha di Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tamgerang Selatan)
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usaha budidaya
anggrek Vanda Douglas di Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan, menganalisis struktur biaya produksi usaha anggrek pada tiap
skala usaha, menganalisis skala usaha anggrek yang paling efisien, dan
menentukan jumlah produksi anggrek pada masing-masing usaha pada saat break
even point. Konsep dan alat analisis yang digunakan adalah analisis terhadap
struktur biaya budidaya anggrek Vanda Douglas berdasarkan skala usaha. Untuk
melihat efisiensi struktur biaya dapat dilihat dari biaya total per ikat bunga. Selain
itu dilakukan pula analisis efisiensi pendapatan, R/C ratio dan perhitungan titik
impas (break even point). Teknik penentuan sampel dilakukan secara purposive.
Petani dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kolompok skala usaha I (skala kecil),
skala usaha II (skala menengah) dan skala III (skala besar). Perbedaan tingkatan
skala usaha ditentukan faktor luas lahan dengan mengacu pada profil petani
anggrek yang dijelaskan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias
(2009) dalam Estefan (2011). Kemudian dipilih satu responden yang mewakili
setiap kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian, keragaan usaha budidaya anggrek Vanda
Douglas di Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan menurut sistem agribisnisnya terdiri dari empat subsistem, yaitu susbistem
hulu atau pengadaan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pemasaran
hasil dan subsistem lembaga penunjang. Komponen biaya yang dikeluarkan terdiri
dari biaya tetap dan variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari
sewa lahan, pajak lahan, listrik, penyusutan, dan lahan yang diperhitungkan. Biaya
variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya bibit, bambu, pupuk kandang, pupuk
organik, pestisida, dan tenaga kerja. Biaya tetap yang dibayarkan per ikat anggrek
memiliki kecenderungan meningkat seiring dengan meningkatnya skala usaha. Sedangkan biaya variabel per ikat bunga menunjukan bahwa pada skala I dan II
biaya variabel menurun, namun pada skala III meningkat.
Berdasarkan analisis struktur biaya dapat diketahui biaya produksi per ikat
anggrek pada masing-masing skala. Biaya tetap per ikat untuk skala I adalah Rp
5.097, untuk skala II adalah Rp 9.552, untuk skala III adalah Rp 10.708. Biaya
variabel per ikat untuk skala I adalah Rp 33.066, untuk skala II adalah Rp 24.950,
untuk skala III adalah Rp 38.148. Sehingga total biaya per ikat anggek untuk skala
I adalah Rp 38.163, untuk skala II adalah Rp 34.502, untuk skala III adalah Rp
48.856. Biaya produksi anggrek Vanda Douglas yang paling efisien adalah skala
II, dikarenakan skala II menghasilkan biaya produksi per ikat bunga yang paling
kecil. Kecilnya biaya produksi pada skala usaha II terutama dikarenakan
penggunaan curahan tenaga kerja yang sedikit.
Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya total dan biaya tunai ketiga
skala menunjukan nilai pendapatan yang positif. Hal ini berarti ketiga skala
memperoleh keuntungan. Berdasarkan analisis R/C rasio penerimaan total
terhadap biaya total di masing-masing skala diperoleh sebesar 1,31 untuk skala I,
1,45 untuk skala II, dan 1.02 untuk skala III. Berdasarkan analisis R/C rasio
penerimaan total terhadap biaya total di masing-masing skala diperoleh sebesar
1,93 untuk skala I, 4,50 untuk skala II, dan 1.64 untuk skala III. Skala usaha yang
paling efisien adalah usaha II karena analisis pendapatan R/C ratio atas biaya
tunai maupun biaya total yang diperoleh paling tinggi.
Berdasarkan analisis titik impas, dihasilkan nilai BEP usaha skala I adalah
sebesar 963 ikat, usaha skala II adalah sebesar 1.708 ikat. Usaha skala III adalah
sebesar 11.565 ikat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala
usaha, maka target penjualan agar usaha tidak mengalami kerugian akan semakin
besar.
Collections
- UT - Agribusiness [4611]