Analisis kelayakan pengembangan usaha JAmur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (kasus: PD Cahya Mandiri Mushroom di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis kelayakan pengembangan
usaha jamur tiram putih di CM dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, aspek lingkungan, aspek
finansial pada kondisi sebelum dan setelah adanya pengembangan, serta
menganalisis sensitivitas kelayakan usaha CM terhadap penurunan harga jamur
tiram, penurunan harga baglog, dan kenaikan harga LPG.
Penelitian ini dilakukan di PD Cahya Mandiri Mushroom milik Bapak
Danny Sofyan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dengan wawancara dan observasi langsung. Selain itu diperoleh juga
dari kuesioner responden. Data sekunder berasal dari studi literatur terhadap hasilhasil
penelitian, buku, majalah, artikel yang berhubungan dengan topik penelitian.
Selain itu diperoleh juga data dari Dinas Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Kesbang dan Linmas Kabupaten Bogor
dan data keuangan PD Cahya Mandiri Mushroom. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi langsung di lokasi penelitian dan penelusuran pustaka.
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif yang diolah dengan Microsoft Excel 2007. Sebagian besar analisis kualitatif dilakukan dalam analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan. Sedangkan
sebagian besar analisis kuantitatif dilakukan dalam menilai kelayakan
pengembangan usaha secara finansial. Penilaian kelayakan finansial dilakukan
dengan melakukan perhitungan kriteria investasi yang meliputi NPV, IRR, Net
B/C, dan Discounted Payback Period (DPP). Selain itu dilakukan juga analisis
sensitivitas dan switching value untuk menilai kepekaan kelayakan usaha terhadap
perubahan yang terjadi.
Berdasarkan hasil analisis non finansial terhadap aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek
lingkungan, usaha CM layak untuk dikembangkan. Berdasarkan aspek finansial
pada skenario I (sebelum adanya pengembangan) diperoleh NPV sebesar Rp
74.709.043, nilai Net B/C sebesar 1,44, nilai IRR sebesar 22,6 persen, dan selama
DPP 4 tahun, 5 bulan, 16 hari. Sedangkan pada skenario II (rencana
pengembangan kapasitas produksi jamur tiram dengan cara perluasan kumbung)
menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 674.773.390, nilai Net B/C sebesar 3,01, nilai
IRR sebesar 64,4 persen, dan DPP selama 4 tahun, 6 bulan, 26 hari. Pada skenario
III (rencana pengembangan kapasitas produksi baglog dengan cara pembangunan
oven raksasa) menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 878.881.168, nilai Net B/C
sebesar 3,76, nilai IRR sebesar 84,9 persen, dan DPP selama 4 tahun, 2 bulan, 23
hari. Berdasarkan hasil analisis finansial pada ketiga kondisi, usaha CM layak
untuk dijalankan dan dikembangkan karena ketiganya memiliki nilai NPV lebih
besar dari nol, nilai Net B/C lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari
discount rate yang digunakan, dan DPP berada sebelum umur usaha berakhir.
Pada analisis switching value dilakukan tiga perubahan untuk skenario I,
dua perubahan untuk skenario II, dan dua perubahan untuk skenario III. Pada
skenario I batas maksimum penurunan harga jamur tiram sebesar 10,30 persen,
penurunan harga baglog 20,99 persen, dan kenaikan harga LPG 99,84 persen.
Pada skenario II batas maksimum penurunan harga jamur tiram sebesar 36,09
persen, dan kenaikan harga LPG 494,84 persen. Pada skenario III, batas
maksimum penurunan harga baglog sebesar 39,78 persen, dan kenaikan harga
LPG 335,95 persen. Pada ketiga kondisi, CM lebih sensitif terhadap perubahan
harga produk daripada perubahan biaya produksi. Nilai tersebut merupakan batas
maksimum perubahan yang dapat ditoleransi agar usaha CM tetap layak untuk
dijalankan. Pada kenyataannya harga jamur tiram pernah turun hingga 20 persen,
harga baglog pernah turun hingga 16,67 persen, dan harga LPG pernah naik 6,25
persen. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nyata yang pernah terjadi pada
skenario I sudah mendekati batas maksimal perubahan yang dapat ditoleransi.
Sedangkan perubahan nyata yang terjadi pada skenario II dan III masih jauh dari
batas maksimal perubahan yang dapat ditoleransi.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]