Aplikasi statistika dalam mengkaji kemungkinan pembentukan mata uang ASEAN (ASEAN currency Unit)
View/ Open
Date
2009Author
Sefitri, Erfira
Wijayanto, Hari
Achsani, Noer Azam
Metadata
Show full item recordAbstract
Gagasan pembentukan mata uang tunggal di kawasan ASEAN dilatarbelakangi oleh trauma krisis ekonomi di Asia tahun 1997, sehingga apabila terjadi di kemudian hari, negara ASEAN akan lebih kuat dalam menghadapi guncangan yang terjadi. Kecenderungan peningkatan integrasi perdagangan dan keuangan regional di belahan dunia telah mendorong kawasan ASEAN+6 untuk meningkatkan proses kerjasama di wilayah tersebut, seperti yang telah dilakukan negara-negara Eropa. Dengan harapan memiliki kesuksesan yang sama dengan mata uang Euro, maka mendorong negara ASEAN melakukan hal yang serupa yaitu membentuk mata uang ASEAN (ASEAN Currency Unit).
Pembentukan mata uang ASEAN ini dengan mengadopsi pembentukan mata uang Euro yaitu dibentuk dari sekumpulan mata uang yang terdiri dari kombinasi linear mata uang negara-negara di ASEAN+6 dengan bobot tertentu, dengan metode weighted average dan analisis komponen utama. Selain itu, diidentifikasi masing-masing negara ASEAN+6 apabila adanya guncangan dari mata uang ASEAN, US Dollar dan Euro, dengan melihat Impulse Response Functions.
Hasil pembentukan ASEAN Currency Unit (ACU) yang paling stabil diperoleh dari metode weighted average, dimana pembobotnya adalah volatilitas dari nilai tukar mata uang ASEAN+6. Dengan pembentukan ACU tersebut, negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Filiphina, Thailand, Vietnam dan China memiliki manfaat besar apabila ikut serta dalam pembentukan ini, yang dapat dilihat dari grafik Impulse response Functions. Hal ini dikarenakan nilai tukar mata uang negara tersebut mengalami kestabilan apabila terjadi guncangan dengan mata uang ACU.