Strategi pengembangan unit Usaha Pakan Ternak koperasi peternak Garut Selatan
Abstract
Pelaksanaan kegiatan sektor peternakan sapi perah tidak terlepas dari
beragam masalah khususnya terkait pasokan bahan baku. Keterbatasan kuantitas
dan keterlambatan penyediaan bahan baku khususnya wheat pollard bukan
masalah yang baru pertama kali. Sejak tahun 2011 bahkan sejak beberapa tahun
sebelumnya, hampir seluruh Indonesia juga mengalami hal yang sama yaitu
kelangkaan bahan baku pakan ternak (konsentrat). Sampai saat ini gandum masih
merupakan komoditi impor dimana pengolahan gandum menjadi tepung terigu
hanya diproduksi oleh PT. Bogasari. Kulit gandum sisa hasil produksi tepung
terigu inilah yang disebut wheat pollard yang digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak. Akibatnya, apabila harga bahan baku naik maka koperasi akan
membelinya dengan harga yang disesuaikan. Begitu pula jika wheat pollard
dalam keadaan terbatas, koperasi hanya bisa menunggu pasokan bahan baku
datang ke koperasi walaupun mengalami keterlambatan. Jika harga beli bahan
baku meningkat, maka biaya yang dikeluarkan koperasi untuk memproduksi
konsentrat juga akan meningkat.
Namun di sisi lain, potensi pengembangan pakan ternak berupa konsentrat
bagi sapi perah masih terbuka lebar mengingat adanya peningkatan anggota
koperasi. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa unit usaha pakan
ternak koperasi perlu melakukan pengembangan agar dapat memenuhi kebutuhan
pakan ternak milik anggota koperasi yang terus bertambah. Sejauh ini kondisi
yang terjadi adalah adanya penurunan produksi susu yang merupakan indikator
bahwa adanya penurunan populasi sapi perah. Penurunan populasi sapi perah ini
diindikasikan dengan turunnya produksi konsentrat pada unit usaha Koperasi
Peternak Garut Selatan.Hal ini disebabkan tingginya biaya pakan sapi perah yang
menyebabkan peternak menjual sapi perah milik mereka dan beralih profesi
menjadi petani atau tukang ojek. Padahal potensi pertanian sebagai bahan baku
pakan lokal masih terbuka lebar untuk mengatasi permasalahan fluktuasi bahan
baku khususnya wheat pollard. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat
dalam menangkap peluang yang ada sekaligus mengatasi permasalahan yang
terjadi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep manajemen
strategis pada level unit divisi atau unit usaha yang dilakukan pada unit usaha
pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan. Alat analisis yang digunakan
adalah Matriks EFE, Matriks IFE, Matriks IE, Matriks SWOT dan Matriks QSP. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis kondisi ekternal yang mempengaruhi
unit usaha pakan ternak koperasi. Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk
menganalisis faktor internal dalam unit usaha tersebut. Selanjutnya hasil
penghitungan skor total dari Matriks EFE dan Matriks IFE digunakan untuk
menggambarkan kondisi unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan
pada Matriks IE. Berdasarkan hasil Matriks IE selanjutnya dapat diketahui strategi
yang sesuai dengan posisi unit usaha. Selanjutnya Matriks SWOT digunakan
dalam penelitian ini untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi yang tepat
bagi pengembangan unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan.
Prioritas strategi dapat ditentukan dengan menggunakan Matriks QSP.
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 12 faktor eksternal yang
meliputi empat peluang dan delapan ancaman yang mempengaruhi pengembangan
unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan. Faktor yang merupakan
peluang utama adalah peningkatan jumlah anggota koperasi dengan ancaman
utama adalah kenaikan harga bahan baku wheat pollard. Kemudian terdapat 10
faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan dan lima kelemahan bagi unit usaha
tersebut. Faktor yang menjadi kekuatan utama adalah anggaran unit usaha pakan
ternak koperasi untuk tahun 2012 dengan kelemahan utama berupa keterbatasan
fasilitas dan kapasitas aset tetap.
Hasil Matriks IE diketahui bahwa posisi unit usaha pakan ternak KPGS
berada pada kuadran II. Kuadran II menggambarkan strategi tumbuh dan
membangun (growth and build) berupa pengembangan produk dan strategi
integratif. Hasil dari Matriks SWOT diperoleh enam alernatif strategi yang
kemudian dikelompokkan menjadi tiga rangkaian strategi pada Matriks QSP.
Strategi tersebut berdasarkan urutan pada Matriks QSP adalah (1) Pengembangan
produk konsentrat dengan pemanfaatan alternatif bahan baku, penggunaan
teknologi melalui peningkatan akses informasi ke pemasok dan instansi terkait,
(2) Pelatihan dan penyuluhan secara berkala pada tingkat karyawan maupun
peternak anggota, (3) Penempatan Quality Control dan pembuatan Standard
Operating Procedure (SOP).Prioritas strategi yang direkomendasikan untuk unit
usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan adalah pengembangan
produk konsentrat dengan menggunakan bahan baku pakan pengganti wheat
pollard salah satunya berupa daun singkong, daun turi maupun daun rami yang
banyak tersedia di Kabupaten Garut.
Collections
- UT - Agribusiness [4618]