Studi kelayakan agribisnis jeruk: Kasus di kecamatan Kotanopan, kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara
View/ Open
Date
2001Author
Nasution, Muhammad Syahnan
Hendrakusumaatmadja, Sutara
Metadata
Show full item recordAbstract
Prospek dan potensi pengembangan jeruk di Indonesia cukup tinggi. Berbagai potensi produksi yang mendukung dan memungkinkan prospek yang cukup cerah bagi pengembangan jeruk di masa mendatang, antara lain adalah dari aspek sumberdaya alam seperti lahan, agroklimat dan topografi, aspek sumberdaya manusia dan analisis usahatani. Selain dimakan sebagai buah segar, jeruk juga diolah menjadi sirup sebagai minuman segar. Kulit buahnya dapat dijadikan sebagai manisan. Pengolahan hasil dari buah jeruk di dalam negeri sampai saat ini dilaksanakan oleh beberapa industri pengolahan di propinsi-propinsi tertentu. Di luar negeri, karena banyaknya buah jeruk yang diperas atau diolah maka sampahnya (kulit dan biji) diolah menjadi gula tetes, alkohol, pektin dan makanan ternak. Untuk daerah Mandailing Natal usaha jeruk umumnya diusahakan oleh petani pemilik. Menurut informasi yang diperoleh dari petani jeruk dan Dinas Pertanian setempat dan melalui pengamatan langsung di lapang, teknologi budidaya, jeruk masih relatif seragam dan cukup intensif dibanding usahatani lainnya. Luas areal panen yang diusahakan oleh setiap petani jeruk rata-rata masih dalam skala kecil. Padahal daerah tersebut memiliki potensi untuk pengembangan jeruk. Dari analisis usahatani yang dilakukan terhadap kegiatan usahatani jeruk yang dilaksanakan oleh petani jeruk siam di tujuh desa daerah penelitian selama 6 tahun. terlihat bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani adalah menguntungkan. Rasio penerimaan terhadap pendapatan (R/C) adalah sebesar 1,91. Dimana biaya tunai yang dikeluarkan petani adalah Rp. 9.452.300,-. Dan besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan untuk biaya diperhitungkan adalah Rp. 2.325.000,-. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani jeruk keprok siam selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.777.300,-. Total produksi jeruk selama 6 tahun adalah 18.750 kg dengan tingkat harga Rp. 1.200,- per kg, sehingga total penerimaan usahatani jeruk adalah sebesar Rp. 22.500.000,- Pendapatan petani jeruk selama 6 tahun adalah Rp. 10.722.700,-. Dari analisis usahatani jeruk tersebut berarti petani jeruk keprok siam dalam mengelola usahataninya menguntungkan dengan keuntungan sebesar Rp. 10.722.700,-. Usahatani jeruk mulai menguntungkan pada tahun ke-5 sejak tanam. Jika dilihat dari sistem tataniaga jeruk yang berlaku di daerah penelitian, saluran tataniaga jeruk yang berlaku mempunyai tiga jalur tataniaga dan jalur tersebut merupakan jalur yang pendek. Untuk memperlancar penyampaian barang dan jasa kepada pelanggan diperlukan fungsi-fungsi pemasaran. ..dst
Collections
- UT - Agribusiness [4624]