Analisis Kelayakan Bisnis Budidaya Sengon Pada Usaha Bapak X di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Abstract
Bapak X merupakan salah satu pemilik perusahaan perseorangan yang
membudidayakan sengon di desa Bojong Jengkol Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor. Berdasarkan pengamatan awal di pembudidayaan sengon milik pak
Akun, jarak tanam antar kayu sengon yang seharusnya adalah dua sampai tiga
meter, dibuat menjadi hanya satu meter. Akibatnya diameter kayu yang dihasilkan
tidak sesuai harapan dan beberapa kayu sudah mati karena kurang mendapat
nutrisi yang diperlukan. Dengan demikian, analisis kelayakan budidaya Sengon
di wilayah tersebut perlu dilakukann untuk menjadi acuan bagi pemilik dalam
mengetahui layak tidaknya budidaya ini dilakukan.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan
yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis tingkat kelayakan
budidaya sengon ditinjau dari aspek non finansial dan aspek finansial, dan (2)
Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan
terhadap kelayakan usaha budidaya sengon dengan menggunakan analisis
sensitivitas.
Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong Jengkol Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebuah kebun sengon milik perusahaan
perseorangan di Desa Bojong Jengkol adalah lokasi yang dipilih sebagai lokasi
penelitian. Alasan dilakukannya pemilihan lokasi penelitian di usaha milik Bapak
X ini adalah luasnya lahan yang digunakan untuk budidaya sengon. Budidaya
sengon ini memiliki luas lahan 35 ha dan merupakan hutan tanaman yang paling
luas di desa Desa Bojong Jengkol. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan
yaitu bulan Mei-Juli 2012. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder yang terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Metode
pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara
kualitatif dilakukan untuk menghitung kelayakan usaha dari aspek non finansial.
Analisis secara kuantitatif dilakukan berkenaan dengan aspek finansial.
Ditinjau dari aspek pasar potensi dan prospek pasar yang dimiliki
perusahaan perseorangan ini sangat besar bahkan sudah memiliki pasar yang akan
menyerap kayu sengon ini dengan kerjasama yang telah disepakati. Agar produk
dapat sampai ke tangan perusahaan pengolah kayu sengon dengan baik.
Kegiatan promosi yang dilakukan dengan menghubungi perusahaan dalam industri hasil hutan sangat cocok agar produk yang akan dipanen mendapat pasar
yang akan menyerapnya.
Pada aspek teknis, kapasitas usaha yang lebih kecil dari kapasitas
semestinya membuat dari sisi teknis usaha ini tidak layauk. Proses produksi
dengan sistem pembudidayaan yang tidak tepat yaitu tidak dilakukannya
penjarangan, pemberian jarak tanaman yang terlalu pendek, serta komposisi
pupuk yang kurang tepat juga membuat dari aspek teknis, usaha ini tidak layak.
Pada tahap persiapan lahan, usaha ini mengalami kendala pada aspek manajemen
yaitu, adanya oknum karyawan tidak tetap yang kurang tanggungjawab namaun
sistem pelaksanaan tugas dan wewenang pada tahap pembudidayaan berjalan
dengan sangat baik .
Dilihat dari aspek manajemen perusahaan pembudidaya sengon di Desa
Bojong Jengkol ini sudah memiliki struktur organisasi yang jelas dan sudah
adanya tugas dan wewenang untuk masing-masing tenaga kerja. Ada beberapa
kendala yakni adanya beberapa tenaga kerja tidak bertanggungjawab dengan baik
sehingga kualitas proses pembudidayaan oleh masing-masing mandor berbeda.
Hal ini berdampak pada perbedaan kualitas hasil saat pengamatan di beberapa
lokasi di lahan. Jumlah tenaga kerja yang ada sekarang sudah cukup memadai
untuk menjalankan usaha ini. Secara keseluruhan, berdasarkan aspek manajemen
usaha ini layak untuk dilakukan. Ditinjau dari aspek sosial lahan yang digunakan
untuk membudidayakan sengon ini secara nyata mensejahterakan masyarakat dan
membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar Desa Bojong Jengkol, sedangkan
berdasarkan aspek lingkungan usaha ini menggunakan pupuk kimia maupun
obat-obatan tanaman dalam jumlah yang ramah terhadap lingkungan sehingga
tidak akan mencemari lingkungan.
Skenario usaha yang digunakan terdiri dari dua skenario yaitu, skenario I
merupakan usaha pembudidayaan sengon dengan kondisi yang aktual seperti
pada lahan yang dilakukan oleh Bapak X. Sedangkan skenario II merupakan
usaha pembudidayaan sengon, dengan asumsi bibit yang ditanami adalah
setengah dari jumlah bibit pada Skenario I. Hasil analisis aspek finansial
menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV yang
dihasilkan selama kurun waktu lima tahun adalah Rp 4.162.533.475,59 dengan
kapasitas produksi menghasilkan 150.000 kayu berukuran 0.22 m3. Nilai IRR
yang diperoleh yaitu sebesar 16 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari
discount factor yang berlaku yaitu lima persen. Net B/C yang diperoleh adalah
sebesar 1,60. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,60.
Payback period yang diperoleh adalah 4 Tahun 7 Bulan 6 Hari Analisis Payback
Periode menunjukkan pengembalian modal lebih cepat dari proses
pembudidayaan.
Untuk Skenario Sistem Bididaya yang tepat berdasarkan SOP, usaha ini
memiliki nilai NPV sebesar Rp 15.492.832.795,3, IRR sebesar 34 persen, net
B/C sebesar 1,6 dan Payback period yaitu 1 tahun 5 bulan dan 8 hari. Penurunan
harga jual kayu sengon sebesar 40 persen yaitu dari harga awal Rp 600.000
menjadi Rp 360.000, menunjukkan nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat
diskonto, nilai NPV yang lebih kecil dari nol, dan nilai net B/C yang lebih kecil
dari 1. Untuk itu, penurunan harga jual kayu sengon 40 persen dapat membuat
usaha ini tidak layak.
Collections
- UT - Agribusiness [4611]