Deteksi gerombolan bandeng (Chanos chanos) berbeda ukuran berdasarkan fase pantulan gelombang akustik
View/ Open
Date
2010Author
Pratomo, Septian Teguh
Pujiyati, Sri
Diponegoro, Arman Djohan
Metadata
Show full item recordAbstract
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di daerah pesisir yang
dimiliki oleh negara-negara di daerah tropik. Berbagai manfaatnya dapat
dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya sebagai
proteksi pantai dari pecahan gelombang. Terumbu karang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi untuk dikembangkan baik di bidang perikanan,
ekspor karang hias dan pariwisata. Begitu banyaknya peranan dan manfaat yang
diperoleh dari ekosistem terumbu karang membuat para ahli saat ini merasa
prihatin terhadap tekanan-tekanan yang mengancam keselamatan kehidupan
terumbu karang. Ancaman tersebut pada umumnya berasal dari aktifitas manusia
seperti pencemaran, penangkapan ikan dengan racun atau bom dan pemanfaatan
untuk bangunan rumah atau jalan. Upaya perbaikan dan peningkatan pengelolaan
untuk ekosistem perairan dangkal khususnya terumbu karang di perairan
Kepulauan Seribu perlu dilakukan untuk mengatasi hal-hal tersebut. Dalam
kondisi tertentu, penelitian pada kawasan terumbu karang dapat menggunakan
metode penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit untuk memonitoring
daerah terumbu karang pada perairan dangkal dengan wilayah perairan yang luas
(Kuchler et al, 1986).
Pemrosesan awal citra data satelit dilakukan pada bulan April-Mei 2010.
Pengambilan data insitu pada tanggal 4-7 Juni 2010, kemudian dilanjutkan dengan
pemrosesan akhir yaitu pengolahan data hasil survei lapang dan data citra satelit
sampai bulan Agustus 2010. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah
Kepulauan Seribu Perairan Karang Lebar dan Karang Congkak yang. Pemrosesan
data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Kelautan,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Metode
penelitian dibagi menjadi beberapa, yaitu : pengolahan citra awal, survei lapang,
klasifikasi citra dan uji akurasi.
Dari hasil pengambilan data lapang untuk masing-masing 6 kelas yaitu
secara berurut karang hidup, karang mati, pasir campur karang,lamun, pasir
campur lamun , dan pasir dapat dilihat nilai digital dasar perairan terumbu karang
pada citra Satelit Ikonos Pansharpen. Pasir memiliki nilai digital yang paling
tinggi, sedangkan nilai digital yang paling rendah yaitu kelas karang hidup. Dari
keempat citra hasil klasifikasi yaitu citra komposit, citra hasil transformasi, citra
hasil histogram slicing band gabungan dan band tunggal dihitung nilai uji akurasi
dengan menggunakan matrix confusion. Dari keempat citra hasil klasifikasi,
maka citra hasil histogram slicing memiliki tingkat uji akurasi yang tinggi
dibandingkan citra yang lain yaitu sebesar 69.28%.