Pengamatan kegiatan pembinaan hutan dan prestasi kerja di HPH Dwima Grup, Kalimantan Tengah
Abstract
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan mempunyai peran yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sejak hutan alam dibuka untuk pengelolaan dengan tujuan utama produksi kayu, berbagai sistem pengelolaan hutan dicoba dan diteliti untuk mencari sistem pengelolaan terbaik yang sesuai dengan kondisi tegakan hutan Indonesia. Hutan alam di Indonesia dikelola dengan sistem tebang pilih tanam Indonesia. Sistem TPTI merupakan perpaduan dan perbaikan sistem yang ada sebelumnya, yang menerapkan asas-asas silvikultur yang sesuai untuk hutan Indonesia.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, bagaimanapun baiknya sistem yang dipilih. peraturan dan pedoman pelaksanaan yang rinci, keberhasilan dan kelestarian usaha serta hutan sangat tergantung pada manusia pelaksananya, Produktivitas kegiatan pembinaan hutan tidak lepas dari prestasi tenaga kerja yang terlibat langsung di dalamnya. Prestasi kerja mengandung pengertian secara kuantitatif yaitu hasil kerja yang diselesaikan pada waktu kerja tertentu oleh seseorang atau sekelompok pekerja. Prestasi kerja dapat dijadikan dasar perencanaan dan acuan pengawasan kegiatan serta peningkatan produktivitas kerja.
Materi yang dikaji terbagi dalam dua hal yaitu materi pengelolaan hutan secara umum dengan sistem silvikultur TPTI dan pengamatan prestasi kerja pada kegiatan pembinaan hutan. Pelaksanaan materi pengelolaan hutan secara umum meliputi diskusi dan orientasi kegiatan perencanaan. penebangan/produksi, pembinaan hutan serta penelitian dan pengembangan yang sedang dilakukan sesuai alokasi waktu dan kebijakan perusahaan. Aspek yang diamati pada pengamatan prestasi kerja meliputi waktu kerja aktual dan efektif serta hasil kerja yang diperoleh selama kegiatan pengamatan. Pengamatan dilaksanakan di HPH Dwima Grup, Kalimantan Tengah mulai Desember 1998 sampai dengan Juni 1999.
Sebagian besar tahapan kegiatan di HPH Dwima Grup menggunakan sistem upah borongan sehingga pada umumnya pekerjaan dapat diselesaikan sebelum waktu yang ditetapkan. Untuk mengoptimalkan waktu tidak produktif yang tersisa, alat, mesin dan tenaga kerja digunakan secara bersama-sama oleh keempat HPH milik Dwima Grup. Bila keempat perusahaan memiliki alat, mesin dan regu kerja masing-masing, biaya yang diperlukan menjadi lebih besar. Bagi tenaga kerja, hal ini memberi keuntungan karena dapat menambah penghasilan. Resiko dari kebijakan ini adalah alat dan mesin lebih cepat rusak bila kurang diperhatikan perawatannya. Kekurangan jumlah tenaga kerja juga dapat terjadi bila sebagian diantaranya berhenti atau mengambil hak cutinya karena sebagian besar tenaga kerja borongan ini berasal dari Pulau Jawa.
Collections
- UT - Forest Management [2955]