Sifat Anti Jamur Zat Ekstraktif Kayu Pilang (Acacia leucophioва Willd.)
View/ Open
Date
2005Author
Syarif, Fahmi
Syafii, Wasrin
Sari, Rita Kartika
Metadata
Show full item recordAbstract
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang memiliki banyak keunggulan. Namun saat ini kayu yang tergolong kelas awet tinggi jumlahnya semakin terbatas dan harganya mahal. Pada masa mendatang diramalkan sebagian besar kayu bersumber dari hutan tanaman yang pada umumnya merupakan jenis- jenis yang cepat tumbuh dan memiliki keawetan alami yang rendah. Untuk meningkatkan ketahanan kayu jenis tersebut terhadap serangan organisme perusak perlu dilakukan usaha pengawetan. Akan tetapi bahan pengawet yang digunakan saat ini cenderung menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari bahan pengawet alternatif yang lebih aman bagi lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan zat ekstraktif kayu sebagai bahan baku pengawet
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat ekstraktif kayu Pilang (Acacia leucophloea Willd.) serta pengaruhnya terhadap serangan jamur pelapuk kayu dari jenis Schyzophyllum commune Fries pada berbagai tingkat konsentrasi. Penelitian ini menggunakan serbuk kayu Pilang ukuran 40-60 mesh yang diekstrak dengan menggunakan pelarut aseton. Ekstrak aseton ini kemudian difraksinasi secara bertingkat berdasarkan kepolaran dengan menggunakan beberapa pelarut organik dan hasilnya berupa fraksi terlarut n-heksan, fraksi terlarut eter, fraksi terlarut etil asetat, dan residu. Setiap fraksi kemudian dibuat larutan ekstrak dengan konsentrasi 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm serta 10000 ppm berdasarkan perbandingan berat media uji (berat ekstraktif per berat PDA uji) serta 0 ppm sebagai kontrol yang masing-masing dilakukan sebanyak 3 ulangan.
Untuk pengujian pengaruh ekstraktif terhadap jamur dilakukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Loman (1970), diacu dalam Syafii et al (1987) dengan beberapa modifikasi. Sejumlah 5 ml media dimasukkan kedalam cawan petri dan ditambahkan ekstraktif dengan berbagai tingkat konsentrasi. Media yang digunakan adalah PDA yang telah disterilisasi, kemudian inokulum jamur ditransfer ke dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu kamar selama 10 hari. Pertumbuhan miselium jamur S. commune Fries diukur pada akhir masa inkubasi dengan membandingkan pertumbuhan miselium kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton kayu Pilang adalah 2.86% (termasuk kelas sedang) terdiri dari komponen yang terlarut
dalam n-heksan 0.18%, eter 0.20%, etil asetat 1.72% dan residu 0.76% dari + 2000 gr sampel serbuk kayu Pilang dengan kadar air 3.87%.
Hasil pengujian sifat anti jamur menunjukkan bahwa semakin tinggi dari semua fraksi yang ditambahkan pada konsentrasi zat cktraktif kayu Pilang media PDA maka persentase pertumbuhan miselium jamur S. commune Fries cenderung semakin menurun. Sedangkan Fraksi eter merupakan fraksi teraktif yang bersifat anti jamur pelapuk kayu dari jenis S. commune Fries.
Collections
- UT - Forestry Products [2391]