Priming sebagai alternatif untuk pematahan dormansi benih padi gogo (Oryza sativa L) varietas way Rarem dan Jatiluhur
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemungkinan perlakuan priming sebagai alternatif untuk penatahan dormansi dalam usaha peningkatan viabilitas benih padi gogo (Oryza sativa L.) varietas Way Rarem dan Jatiluhur.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas dengan 2 taraf, yaitu Jatiluhur (V1) dan Way Rarem (V2). Faktor kedua adalah perlakuan pematahan dormansi dengan 13 taraf, yaitu bioproses menggunakan KNO3 1% selama 12 jam (B1-12), 24 Jam (B1-24), dan 36 jam (B1-36). bioproses menggunakan KNOg 2% selama 12 jam (B2- 12), 24 Jam (B2-24), dan 36 jam (B2-36), bioproses menggunakan KNO3 3% selama 12 jam (B3-12), 24 jam (B3-24), dan 36 Jam (B3-36), bioproses menggunakan Aquades selama 12 Jam (B4-12), selama 24 jam (B4-24), dan selama 36 jam (B4-36), dan tanpa perlakuan pematahan dormansi (kontrol). Perlakuan dilakukan setiap 2 minggu selama periode simpan 6 minggu.
Pengamatan dilakukan terhadap parameter Viabilitas Potensial dengan tolok ukur daya berkecambah (DB) dan parameter Viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM). Pengamatan untuk parameter Vigor Kekuatan Tumbuh (VT) dilakukan dengan tolok ukur kecepatan tumbuh (KCT) dan T50 sedangkan untuk parameter Vigor Daya Simpan (VDS) dengan tolok ukur keserempakan tumbuh (KST). Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap kadar air benih.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya interaksi antara varietas (V) dengan perlakuan priming (B). Viabilitas Potensial dan Vigor Kekuatan Tumbuh varietas Way
Rarem lebih tinggi dibandingkan varietas Jatiluhur.
Dormansi pada varietas Way Raren dan Jatiluhur berakhir atau patah setelah periode simpan 4 minggu, ditunjukkan oleh peningkatan untuk semua tolok ukur yang Viabilitas benih dan Vigor Kekuatan Tumbuh benih (masa dormansi berakhir bila daya berkecambah > 85%).
Efektivitas perlakuan priming terlihat setelah minggu ke-4 benih disimpan. Pada minggu ke-0 dan ke-2, perlakuan priming belum efektif (daya berkecambah < 85%), walaupun perlakuan priming berbeda nyata dengan kontrol.
Pada minggu ke-6, respon perlakuan priming tidak nampak karena dormansi telah berakhir yang ditunjukkan oleh tingginya persentase daya berkecambah (>85%) pada kelompok benih yang tidak diberi perlakuan priming (kon- trol)...