Komposisi Kimia Kayu Jati Plus Perhutani Beberapa Seedlot Pada Umur Enam Tahun Dari KPH Ngawi
View/ Open
Date
2005Author
Handayani, Puji
Syafii, Wasrin
Anisah, Laela Nur
Metadata
Show full item recordAbstract
Jati Plus Perhutani (JPP) merupakan hasil penelitian di bidang pemuliaan tanaman jati yang ditawarkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan bahan baku kayu jati. Tanaman jati unggul ini berasal dari pohon-pohon terpilih (pohon plus) yang dikembangbiakkan dari seleksi awal terhadap pohon jati unggulan. dengan beberapa teknik seperti kultur jaringan, stek pucuk dan biji yang diharapkan menghasilkan pertumbuhan kayu jati yang relatif lebih cepat dari jati biasa. Diperkirakan kayu JPP ini akan dipanen pada umur 20-30 tahun. Sifat-sifat unggul lainnya adalah tingkat keseragaman yang tinggi, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, penambahan riap yang cepat, batang bebas cabang yang relatif tinggi. tingkat kelurusan batang yang lebih baik dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Selain sifat fenotip dan pertumbuhannya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat kayu sebagai output hutan tanaman jati yang akan dimanfaatkan konsumen sehingga target pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu jati dapat terpenuhi dengan kualitas yang tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen kimia kayu Jati Plus Perhutani pada beberapa seedlot di KPH Ngawi dan membandingkannya dengan jati biasa sebagai kontrol pada umur enam tahun.
Bahan kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati yang berasal dari lima seedlot di KPH Ngawi pada umur enam tahun, yang terdiri dari lima seedlot berupa kayu JPP dan satu seedlot lainnya merupakan jati biasa. Masing-masing seedlot tersebut dibedakan berdasarkan atas perolehan benihnya, yaitu dari
pohon plus (JPP) dan APB (jati biasa).
Penyiapan sampel dan prosedur penelitian yang dilakukan disesuaikan dengan Tappi Test methods 1991, adapun komponen kimia kayu yang diteliti adalah kadar holoselulosa, selulosa, lignin kelarutan kayu dalam berbagai pelarut, kadar abu
dan silika. Hasil penelitian menunjukkan kadar holoselulosa berkisar antara 69,28-
76,45% selulosa 38,53-43,92 %, alfa selulosa 29,90-31,55 %, lignin 19,01-26,65%, kelarutan kayu dalam air dingin 1,82-3,38 %, kelarutan kayu dalam air panas 2,70.
4,53%, kelarutan kayu dalam NaOH 1 % 9,18-16,96%, kelarutan kayu dalam ethanol-
benzene (1:2) 5,59-6,81%, abu 0,47-1,31 %, silika 0,25-0,89 %.
Perbedaan seedlot memberikan pengaruh nyata terhadap kadar holoselulosa,
hemielulosa, lignin, kelarutan kayu dalam NaOH 1%, kadar abu dan kadar silika,dan tidak berpengaruh nyata pada kadar selulosa, alpha selulosa, serta kelarutan kayu dalam air panas, air dingin dan ethanol benzeze (1:2) pada tingkat kepercayaan 95%.
Meskipun demikian terdapat indikasi bahwa sifat kimia kayu jati biasa lebih tinggi dibandingkan dengan JPP.
Collections
- UT - Forestry Products [2391]