Pemodelan Dispersal Termal di Selat Rupat
Abstract
Pembangkit listrik (Power plant) baik bahan bakar fosil ataupun nuklir umumnya akan menghasilkan limbah air panas sebagai hasil keluaran sistem pendingin. Dispersal termal ke laut dalam jumlah besar dapat menyebabkan dampak yang negatif bagi ekosistem di sekitar perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola dispersal termal di perairan Selat Rupat dengan menggunakan model transport (adveksi-difusi). Pola arus dianalisis berdasarkan hasil model hidrodinamika yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut. Skenario pemodelan termal dihitung berdasarkan debit air panas di outlet pembangkit listrik secara konstan sebesar 2.5 m3 s-1, dimana selisih suhu antara suhu outlet dan suhu ambien (ΔT) yaitu: 1 °C, 2 °C, 3 °C, 4 °C dan 5 °C. Kondisi skenario mempertimbangkan pola arus saat pasang dan surut. Secara umum, pola arus di Selat Rupat pada saat pasang memperlihatkan arus menuju ke tenggara sedangkan saat surut arus menuju barat laut. Namun, frekuensi kejadian memperlihatkan arus dominan menuju ke selatan dan tenggara sebesar 49%. Kecepatan arus maksimum mencapai 0.50 m s-1 di wilayah tengah perairan Selat Rupat. Kondisi pola arus juga mempengaruhi dispersal termal, dimana pada saat pasang menuju tenggara dengan radius 650 m dan pada saat surut menuju barat laut dengan radius 600 m. Dispersal termal tidak tersebar tegak lurus menjauhi pantai, melainkan terdispersi menyusur pantai dengan suhu maksimum 31 °C. Hasil model menunjukkan radius sebaran dispersal termal tidak berbeda secara signifikan, karena proses percampuran pasut, sehingga memungkinkan dispersal termal segera mendekati suhu ambien.