Analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani bawang putih di Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
Abstract
Adanya kesepakatan kerjasama dalam perdagangan bebas dengan negara lain menyebabkan banyaknya produk-produk pertanian dari luar yang harganya relatif murah dengan mudah masuk ke Indonesia. Hal ini menyebabkan adanya tantangan baru bagi Negara Indonesia untuk dapat bersaing di pasar internasional dalam menekan impor produk pertanian. Bawang putih merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai ketergantungan impor tinggi. Produksi bawang putih dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan domestik, sedangkan konsumsi dalam negeri setiap tahunnya semakin meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1). Menganalisis pendapatan usahatani bawang putih di Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. 2). Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani bawang putih di Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo melalui pendekatan biaya sumberdaya domestik. 3). Menganalisis perubahan hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif apabila terjadi perubahan harga input dan harga output. 4). Mengkaji saluran pemasaran bawang putih di Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Pemilihan desa didasarkan pada Desa Kalikuning merupakan sentra produksi bawang putih di Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis usahatani dan Biaya Sumberdaya Domestik (BSD).
Analisis pendapatan usahatani bawang putih di Desa Kalikuning menghasilkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang bernilai positif. Hasil analisis R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total ditunjukkan oleh nilai yang lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani bawang putih menguntungkan diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang di keluarkan. Analisis pendapatan finansial menunjukkan usahatani bawang putih di Desa Kalikuning memberikan pendapatan yang bernilai positif. Artinya, pengusahaan bawang putih di Desa Kalikuning dapat dikatakan mengutungkan dilihat dari sisi individu yang terlibat langsung dalam usahatani bawang putih tersebut. Hasil analisis R/C rasio pada pendapatan finansial ditunjukkan oleh nilai yang lebih besar dari satu yang menunjukkan bahwa usahatani bawang putih secara finansial menguntungkan diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang di keluarkan.
Analisis pendapatan ekonomi usahatani bawang putih di Desa Kalikuning menghasilkan pendapatan ekonomi yang negatif yaitu sebesar -2976,007 per kilogram. Hal ini berarti secara ekonomi usahatani bawang putih di Desa Kalikuning tidak menguntungkan dari sisi masyarakat yang terlibat langsung secara keseluruhan. Hasil analisis R/C rasio pada pendapatan ekonomi ditunjukkan oleh nilai yag lebih kecil dari satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani bawang putih secara ekonomi tidak menguntungkan diusahakan, karena. penerimaan yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang di keluarkan.
Hasi analisis keunggulan komparatif usahatani bawang putih di Desa Kalikuning menghasilkan nilai BSD yang lebih besar dari nilai tukar bayangan Idan nilai KBSD yang lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan bawang putih di Desa Kalikuning tidak efisien secara ekonomi karena tidak dapat menghemat satu unit devisa. Nilai KBSD menunjukkan bahwa pengusahaan bawang putih di Desa Kalikuning tidak mempunyai keunggulan komparatif atau secara ekonomi tidak layak untuk diusahakan untuk memenuhi kebutuhan substitusi impor. Analisis keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa pengusahaan bawang putih mempunyai nilai BSD yang lebih kecil dari nilai tukar resmi yang berlaku. Hal ini menyebabkan nilai KBSD yang lebih kecil dari satu, yang berarti secara finansial efisien dalam menghemat sumberdaya domestik yang digunakan sehingga mempunyai keunggulan kompetitif.
Analisis kepekaan pada keunggulan komparatif dengan semua perubahan variabel yang digunakan menunjukkan bahwa pengusahaan bawang putih tetap tidak layak untuk diusahakan, kecuali dengan adanya penurunan harga bibit sebesar 50 persen. Pada analisis kepekaan terhadap keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa dengan keempat variabel yang digunakan, baik kenaikan, penurunan maupun keempat variabel secara bersamaan usahatani bawang putih secara finansial layak untuk diusahakan dan mempunyai keunggulan kompetitif. Komoditi bawang putih tidak dapat lepas dari adanya campur tangan pemerintah, maka sebaiknya pemeritah tetap memberikan intervensi terhadap bawang putih seperti pemberian subsidi terhadap pupuk. Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian untuk menciptakan bibit yang berkualitas dalam mendorong peningkatan produksi bawang putih dalam negeri.