Tingkat keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan pada sapi perah di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan (Periode Januari 2005 sampai Januari 2006)
Abstract
Susu merupakan salah satu sumber gizi protein hewani yang mengandung protein sangat tinggi, sehingga bermanfaat dalam menunjang pertumbuhan, kecerdasan dan daya tahan tubuh (Burhanuddin, 2000). Peternakan sapi perah sebagai sumber air susu utama perlu dibina dan dikembangkan kearah yang lebih intensif dan terpadu, sehingga populasi ternak sapi perah meningkat dan proyeksi konsumsi protein hewani menjadi naik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah berusaha meningkatkan produksi ternak khususnya sapi perah dengan melakukan berbagai cara diantaranya Inseminasi Buatan (IB). Dengan melaksanakan IB, diharapkan selain dapat meningkatkan mutu genetik juga memungkinkan terjadinya proses pembuahan yang dibatasi jarak dan waktu (Anderson, 1980). Keberhasilan IB secara langsung berkaitan dengan beberapa hal antara lain seleksi atau pemilihan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran,penyimpanan, pengangkutan semen, inseminasi, kesuburan betina, pelaporan, dan monitoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan periode Januari 2005 sampai Januari 2006. Penelitian berdasarkan data primer yang diperoleh melalui kuesioner 100 peternak responden secara acak di empat kecamatan, dan pengamatan langsung di lapangan. Ditambah data sekunder yaitu data hasil recording IB Dinas peternakan Enrekang. Dari hasil kuisioner menunjukkan bahwa walaupun pengalaman peternak sudah cukup baik, namun di lapangan masih banyak kekurangannya terutamacara pengelolaan ternak. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan peternak umumnya masih rendah, dan masih melekatnya tradisi turun temurun sehingga ada keterbatasan dalam menerima teknologi, ilmu pengetahuan, dan inovasi baru khususnya cara pengelolaan ternak yang baik. Perhitungan nilai CR dan S per C dapat memberikan gambaran secepat mungkin dalam penilaian tingkat keberhasilan pelaksanaan IB tanpa harus menunggu kelahiran. Dari data rekapitulasi kegiatan Inseminator di Kabupaten Enrekang, periode Januari 2005 sampai Januari 2006 diperoleh nilai S per C sebesar 1,96 dan CR 60,9 persen. Nilai tersebut telah memenuhi standar nilai S per C dan CR normal, sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan IB di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sudah berjalan cukup baik.