Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pola Tanam dan Pendapatan Petani (Kasus Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
View/ Open
Date
2012Author
Nurhidayati, Dwi Retno
Hidayat, Aceng
Bahtiar, Rizal
Metadata
Show full item recordAbstract
Fenomena perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan
seluruh manusia didunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya
suhu udara rata-rata bumi secara global. Fenomena perubahan iklim berpengaruh
terhadap kondisi iklim mikro di berbagai wilayah di Indonesia. Iklim dan cuaca
sama-sama mengacu pada keadaan atmosfer suatu tempat dan waktu tertentu.
Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu dan luas tempat. Cuaca
didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu,
sedangkan iklim adalah keadaan atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam
kurun waktu yang panjang. Salah satu sektor yang terkena dampak perubahan
cuaca adalah sektor pertanian, khususnya pertanian di Kecamatan Cigombong.
Adanya perubahan cuaca mempengaruhi pola tanam petani di Cigombong. Tujuan
penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi perubahan cuaca selama sepuluh tahun
terakhir, 2) Mengkaji dampak perubahan cuaca terhadap pola tanam petani di
Kecamatan Cigombong, 3) Mengkaji biaya, penerimaan, dan pendapatan petani
untuk setiap pola tanam sebagai dampak perubahan cuaca yang terjadi di
Kecamatan Cigombong.
Karakteristik cuaca di Cigombong selama sepuluh tahun terakhir telah
mengalami perubahan, ditandai dengan adanya peningkatan pada curah hujan,
jumlah hari hujan, dan suhu udara. Hari hujan semakin panjang pada bulan kering
menyebabkan musim kering dan musim hujan menjadi sulit ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian, perubahan cuaca yang terjadi di Kecamatan
Cigombong telah merubah pola tanam selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Pada saat musim kemarau yaitu pada tahun 2006 pola tanamnya yaitu padi-padipalawija.
Sedangkan, pada saat musim hujan yaitu pada tahun 2010 pola
tanamnya berubah menjadi padi-padi-padi.
Berdasarkan hasil estimasi analisis R/C Ratio, pada tahun 2006 nilai R/C
Ratio paling tinggi diperoleh Desa Pasir Jaya sebesar 2,27 dengan pola tanam:
padi pandan wangi-padi ciherang-kacang panjang, sedangkan pada tahun 2010
nilai R/C Ratio paling tinggi diperoleh Desa Cisalada sebesar 2,41 dengan
menggunakan pola tanam: padi inpari 7-padi inpari 13-padi merah. Berdasarkan
hasil analisis usahatani, diperoleh bahwa pendapatan yang lebih tinggi didapatkan
pada saat tahun 2010 dibandingan pada saat tahun 2006 di Cigombong khususnya
Desa Cisalada dan Desa Ciburuy dengan selisih pendapatan sebesar Rp 6.622.631
dan Rp 5.095.187, sedangkan untuk Desa Pasir Jaya perubahan pola tanam akibat
perubahan cuaca menyebabkan penurunan pendapatan dengan selisih sebesar Rp
3.329.125. Dengan demikian dalam menghadapi perubahan cuaca yang terjadi,
pada saat kondisi musim kemarau petani sebaiknya menanam padi pandan wangi,
padi ciherang, padi IR64 dengan menyelingi tanaman palawija seperti kacang
panjang atau timun. Sedangkan pada saat musim hujan petani sebaiknya menanam
padi inpari 7, inpari 13, dan padi merah. Hal ini dikarenakan varietas tersebut
memiliki produktivitas tinggi pada kondisi musim hujan dan musim kemarau.