Pengujian produk WSF (Water Stimulating Feed) terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.) IR-64 serta dinamika populasi mikrob tanah dilahan petani Darmaga Bogor
View/ Open
Date
2007Author
Evida, Yuni
Hazra, Fahrizal
Widyastuti, Rahayu
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan beras akan semakin meningkat karena laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang diperkirakan masih tetap tinggi sampai beberapa dekade mendatang. Fenomena ini masih belum diimbangi dengan peningkatan produksi padi di Indonesia, sehingga banyak usaha yang dilakukan peneliti dan lembaga pertanian untuk mendapatkan varietas unggul, menemukan pupuk baru yang efektif dan efisien, dan meningkatkan luas area persawahan.
Salah satu produk pupuk baru yang beredar di Indonesia saat ini yaitu WSF. Penemunya (Umar Hasan Saputra) mengklaim produk ini sebagai pupuk majemuk lengkap memiliki keunggulan, yaitu dapat meningkatkan produktivitas hingga 9 ton/hektar, memperpendek umur panen sampai 19 hari, menekan serangan hama, menghemat pemakaian air, menghemat penggunaan pupuk anorganik setengah dari dosis pemakaian biasanya dan meningkatkan populasi mikrob dalam tanah (Anonim, 2006). Hal ini mengundang banyak peneliti dan lembaga pertanian untuk meneliti apakah produk tersebut memang demikian, termasuk IPB sebagai salah satu Institusi Pertanian di Indonesia
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji produk WSF di lahan petani Darmaga (Bogor) dibandingkan dengan pupuk anorganik tunggal (N-P-K) dengan menggunakan parameter pertumbuhan dan produksi padi IR-64 serta dinamika populasi mikrob dalam tanah.
Penelitian dilakukan di tiga lokasi lahan petani, yaitu Situ Gede Situ Gede II dan Cibanteng, Kabupaten Bogor. Ketiga lokasi ini termasuk jenis Latosol (Anonim, 1966). Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan, yaitu: A = 100% N-P-K, dimana Urea (250 kg/ha), SP-36 (100 kg/ha) dan KCI (100 kg/ha), sebagai kontrol yang biasa dilakukan oleh petani. B = 50% N-P-K+WSF (45.03 gram (tepung): 76.50 ml (cair): 15.000 ml air untuk 250 m²), sebagai bukti apakah WSF dapat mengurangi kebutuhan pupuk N-P-K sampai 50%. Lokasi penelitian dijadikan sebagai ulangan, dimana blok 1 di Situ Gede I, blok 2 di Situ Gede II dan blok 3 di Cibanteng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan secara umum tidak berbeda nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi padi serta populasi mikrob yang diamati, kecuali tinggi tanaman pada umur 6, 7, dan 8 MST (perlakuan A secara nyata lebih tinggi daripada perlakuan B) dan bobot gabah bernas, dimana pada perlakuan A (2.90 kg/petak) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan B (2.26 kg/petak). Secara umum, perlakuan A cenderung mempunyai hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B pada parameter-parameter yang diamati. Berdasarkan penelitian ini, maka klaim yang dipromosikan produk WSF tidak terlihat.