Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam adopsi teknologi konservasi lahan: studi kasus di Daerah Tangkapan Air (DTA) Saguling, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Abstract
Usahatani non konservasi dilakukan dengan tidak memperhatikan kaidah
konservasi. Usahatani ini masih banyak dilakukan oleh petani di Pangalengan,
bahkan merupakan kebiasaan turun temurun, sehingga mengakibatkan erosi lahan.
Erosi lahan berupa terkikisnya lapisan tanah sehingga kemampuan lahan untuk
memproduksi unsur hara akan menurun yang menyebabkan lahan berangsurangsur
menjadi tidak subur. Erosi juga mengakibatkan pendangkalan waduk serta
menyebabkan tingginya fluktuasi debit air antara musim penghujan dan musim
kemarau.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi erosi lahan dengan
teknologi konservasi lahan berupa agroforestri. Usahatani teknologi konservasi
lahan dilakukan dengan menanam tanaman semusim dikombinasikan dengan
tanaman tahunan. Komoditi yang diusahakan berupa sayuran seperti, cabe,
kentang, tomat, sawi putih, kol, wortel, labu siam, kacang tanah dan jagung, yang
dikombinasikan dengan berbagai jenis tanaman seperti kopi, surian, terong kori
dan Gliricidia sp.
Perubahan pola usahatani dimaksudkan agar menguntungkan dari aspek
lingkungan maupun ekonomi. Pada aspek lingkungan, usahatani konservasi lahan
diharapkan akan meminimalisir erosi lahan sehingga kelestarian sumberdaya
lahan dapat terjaga. Pada aspek ekonomi, pendapatan usahatani konservasi lahan
diharapkan akan lebih besar dan stabil dibandingkan dengan usahatani non
konservasi...