Pengamatan terumbu karang berdasarkan lifeform dengan metode transek garis, transek titik, dan transek kuadrat di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
View/ Open
Date
2010Author
Reflus, Refilianosa Ibrahim
Soedarma, Dedi
Subhan, Beginer
Metadata
Show full item recordAbstract
Terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropic yang memiliki keanekaragaman yang tinggi, jumlah spesies yang banyak, biomassa yang besar serta bentuk morfologi yang sangat bervariasi. Penelitian mengenai terumbu karang beserta seluruh biota yang berasosiasi pada ekosistemnya terus berkembang di Indonesia, tetapi hingga kini tidak mudah untuk memutuskan suatu metode yang tepat dan efisien. Hal ini disebabkan oleh keunikan ekosistem terumbu karang seperti posisi geografis, topografi dasar perairan, ukuran individu, banyaknya individu pada suatu koloni karang, bentuk pertumbuhan yang sangat beragam, tata nama jenis yang masih belum stabil serta adanya variasi morfologis (Suharsono, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi dan efektivitas antara metode transek garis, transek titik dan transek kuadrat yang digunakan dalam pengamatan ekosistem terumbu kadang di Gosong Pulau Pramuka, dan mengamati struktur komunitas karang di Gosong Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu pada kedalaman 3 dan 10 meter.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2009 sampai dengan bulan Desember 2009. Pengambilan sampel dilakukan di dua titik, yaitu bagian selatan dan bagian timur Pulau Pramuka. Di bagian selatan Pulau Pramuka titik pengamatan terletak di 5044’55.8” Lintang Selatan dan 106037’8.7” Bujur Timur. Sedangkan di bagian timur Pulau Pramuka titik pengamatan terletak di 5044’26.7” Lintang Selatan dan 106037’16.5” Bujur Timur. Pengambilan sampel dilakukan secara bersamaan dalam masing-masing titik untuk menghindari pergeseran titik pengambilan sampel.
Pengambilan data dilakukan pada daerah yang memiliki topografi berbeda, yaitu pada daerah yang memiliki kemiringan landai dan daerah yang memiliki kemiringan terjal. Pada daerah yang memiliki kemiringan landai, karang yang ditemukan umumnya berupa karang massive hal ini disebabkan karena kecepatan arus yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi morfologi dan pertumbuhan karang tersebut. Kerapatan karang yang ditemui pada daerah landai (Stasiun 1) lebih rendah dibandingkan dengan daerah terjal (Stasiun 2).
Selain itu pengambilan data juga dilakukan pada kedalaman yang berbeda. Kondisi terumbu karang di kedalaman 3 meter umumnya didominasi oleh karang dengan kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan karang pada kedalaman 10 meter. Pada kedalaman 10 meter pertumbuhan karang tidak dipengaruhi oleh arus sehingga pertumbuhannya lebih baik…