Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Buruh Migran Perempuan. Kasus Keluarga Buruh Migran Perempuan (BMP) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi sosial ekonomi keluarga
BMP dan pelaku pengasuhan, interaksi antara pelaku pengasuhan dengan orang
tua anak, bagaimana pola pengasuhan anak dalam keluarga BMP, dan dampak
pola pengasuhan terhadap perilaku anak.
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, selama dua bulan (Juli-Agustus
2004). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan survey terhadap 30 rumah tangga BMP.
Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan strategi studi
kasus. Adapun subyek kasus dipilih secara sengaja berdasarkan tipologi pelaku
pengasuhan anak pada keluarga BMP. Terdapat empat kasus pelaku pengasuhan
anak pada keluarga BMP yaitu; kasus I (Ayah sebagai pengasuh), kasus II (Kakak
sebagai pengasuh), kasus III (Nenek sebagai pengasuh), dan kasus IV
(Paman/Bibi sebagai pengasuh).
Kondisi sosial ekonomi keluarga Buruh Migran Perempuan (BMP) di
Desa Sukoharjo menunjukkan mayoritas pekerjaan kepala keluarga BMP sebagai
buruh tani/buruh bangunan, dengan tingkat penghasilan rata-rata
Rp300.000,00/bln. Tingkat pendidikan suami-istri rendah (SD). Mayoritas
keluarga BMP memiliki dua orang anak dengan sebaran umur rata-rata 15 tahun
atau pendidikan rata-rata setingkat SMP. Keluarga BMP memiliki tanggungan
antara 3-5 orang. Mayoritas tipe keluarga BMP adalah keluarga inti. Rumah
keluarga BMP sebagaian besar berdinding batu bata dan berlantai keramik.
Keluarga BMP lebih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari sebagai prioritas
utama mereka.
Tipe keluarga Buruh Migran Perempuan (BMP) di Desa Sukoharjo, dapat
digolongkan menjadi empat yaitu; (I) keluarga inti-cerai dengan Kakak sebagai
pengambil alih pengasuhan, (2) keluarga inti-tidak cerai (utuh) dengan Ayah
sebagai pengambil alih pengasuhan, (3) keluarga luas-cerai dengan Nenek sebagai
pengambil alih pengasuhan, (4) keluarga luas-tidak cerai (utuh) dengan
Kakek/Nenek atau Paman/Bibi sebagai pengambil alih pengasuhan.
Pola-pola hubungan dalam keluarga Buruh Migran Perempuan (BMP)
dapat dibagi menjadi tiga yaitu; hubungan suami-istri, hubungan orang tua-anak,
dan hubungan antar saudara. Hubungan antara pelaku pengasuhan dengan orang
tua anak dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe harmonis dan tipe tidak
harmonis Pengukuran hubungan dapat dilihat dari kuantitas/frekuensi interaksi,
kualitas, dan intensitas hubungan. Tipe hubungan yang harmonis antara pelaku
dengan orang tua ditunjukkan pada pola hubungan suami-istri (Kasus I Ayah
sebagai pengasuh) dan pola hubungan orang tua-anak (kasus II Kakak sebagai
pengasuh). Tipe hubungan yang tidak hannonis ditunjukkan pada pola hubungan
orang tua-anak (kasus III Nenek sebagai pengasuh) dan pola hubungan antar
saudara (kasus IV Paman/Bibi sebagai pengasuh).
Terdapat dua tipe pola pengasuhan anak pada keluarga Buruh Migran
Perempuan (BMP) yaitu pola asuh Autoritatif dan pola asuh Penyabar. Pola asuh
Autoritatif ditunjukkan pada kasus I (Ayah sebagai pengasuh) dan kasus II (Nenek
sebagai pengasuh). Pela asuh Penyabar ditunjukkan pada kasus II (Kakak sebagai
pcngasuh) dan kasus IV (Paman/Bibi sebagai pengasuh). Pola asuh Autoritatif
mempunyai ciri yaitu cara pengasuhan yang cenderung membatasi (restrictive)
dan pricritas/orientasi pada anak. Pola asuh Penyabar mempunyai ciri yaitu cara
pengasuhan yang cenderung memperbo!ehkan (permissive) dan prioritas/orientasi
pada anak.
Pola pengasuhan Autoritatif dialami oleh K 1 dan K lll. Pada keluarga K 1,
pola pengasuhan Autoritatif memiliki dampak positif pada kondisi fisik anak,
prestasi sekolah, dan hubungan sosial (hubungan dengan orang tua, pertemanan,
dan kerabat). Pada keluarga K HI, dampak positif hanya pada kondisi fisik,
pertemanan, dan hubungan dengan kerabat/tetangga. Dampak negatif terdapat
pada prestasi sekolah dan hubungan dengan orang tua khususnya keluarga Ibu Tr.
Pola pengasuhan Penyabar dialami oleh K II dan K IV. Pada K II, pola
pengasuhan Penyabar berdampak positif pada fisik, hubungan dengan orang tua,
dan hubungan dengan kerabat/tetangga. Dampak negatif berkaitan dengan prestasi
sekolah dan hubungan pertemanan. Pada K IV pola pengasuhan Penyabaran
memiliki dampak positif pada kondisi fisik, prestasi sekolah, hubungan
pertemanan, dan hubungan dengan kerabat/tetangga. Dan memiliki dampak
negatif pada hubungan dengan orang tua.