Pengembangan Usahatani Cabai Paprika pada Tiga Sistem Hidroponik di PD. Lima Bersaudara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Abstract
Penggunaan teknologi diperlukan untuk menghasilkan produk sayuran
dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang baik dengan harga jual dan daya
saing yang tinggi. Salah satu teknologi yang tepat adalah pembudida.yaan sistem
hidroponik. Sistem budidaya hidroponik yaitu suatu teknik budidaya tanaman
tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Berdasarkan teknik budidaya
ada tiga sistem hidroponik yailu sistem penyiraman manual, sistem irigasi tetes
(substrat) dan sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Cabai manis atau cabai paprika merupakan salah satu produk dari sayuran
buah yang sudah cukup lama dikenal oleh kalangan Agribisnis Indonesia, akan
tetapi masih belum memasyarakat. Pada saat ini Perusahaan Lima Bersaudara,
sebagai salah satu perusahaan agribisnis sayuran yang menekankan pad.a proses
penambahan nilai dan pemasaran dari komoditas sayuran, seiring dengan
perkembangan permintaan pasar, menerima pesanan cabai paprika dari mitra
pasar baru yaitu Mc Donald, Wendy's, Pizza Hut dan Hoka Hoka Bento.
Permintaan mitra pasar barn terseb-ut rata-rata mencapai 1,1 ton per bulan.
Sementara kemampuan perusahaan hanya mampu menyediakan produksi I 00 kg
per bnlan dan itupun bukan berasal dari basil produksi sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk : 1) mengkaji keragaan pengusahaan cabai paprika pada tiga teknik
budidaya hidroponik, 2) menganalisis kelayakan finansial dan tingkat
pengembalian investasi pengusahaan cabai paprika pada tiga tek.nik budidaya
hidroponik, 3) mengetahui analisis sensitivitas kondisi kelayakan pengusahaan
cabai paprika pada tiga teknik budidaya hidroponik jika terjadi perubahan dalam
komponen manfaat dan biaya. NPV, IRR, Net B/C dan payback period adalah
alat analisis yang digunakan untuk mengetahui sistem budidaya yang paling tepat
dilakukan oleh perusahaan, sehingga tujuan penelitian dapat terjawab.
Agar dapat memasok pennintaan dari pelanggan batu secara kontinu dan
jumlah yang cukup setiap harinya, maka perusahaan akan membuat Iima green
house yang ditanami cabai paprika. Penanaman tidak dilakukan sekaligus pada
Iima green house yang dibuat, akan tetapi diberi jarak satu bulan.
Aros manfaat pada pengembangan bisnis ini terdiri atas dua komponen
yaitu penerimaan (revenue) dan nilai sisi (residual income). Penerimaan u.ntuk
ketiga sistem hidroponik diperoleh dari hasil perkalian antara hasil produksi
dengan harga jual berdasarkan grade masing-masing. Rata-rata total produksi
grade A dan B pada masing-masing sistem hidroponik umumnya adalah 13,2 ton,
dan ini sesuai dengan permintaan dari pelanggan barn yang pennintaanya
mencapai 13,2 ton per tahun atau rata-rata 1,1 ton per bulan. Sedangkan nilai sisa
adalah nilai investasi pada akhir umur proyek ( diperkirakan selama lima tahun
adalah 10 % dari nilai total investasi).
Arus biaya terdiri dari tiga komponen yaitu biaya investasi, biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya irrvestasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awaI tahun
proyek. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan green house, gudang,
instalasi nutrisi dan lain-lain. Biaya variabel terdiri atas biaya sarana produksi
pertanian yang meliputi benih, pestisida, nutrisi, media tanam, wadah tanaman,
tenaga kerja variabel (harian) dan biaya pemasaran. Besamya biaya variabel untuk
masing-masing sitem hidroponik yang dilakukan mempunyai nilai yang berbeda
tergantung dengan kebutuhan. Sedangkan untuk biaya tetap lmtuk terdiri dari
biaya gaji dan tunjangan, biaya asuransi dan pajak, biaya listrik., biaya sewa lahan
dan biaya lain-lain.
Kelayakan investasi suatu usaha dapat dinilai berdasarkan beberapa
kriteria. Kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi dalam
penelitian ini adalah NPV, IRR, NetB/C dan Payback Period Setiap kriteria
mempergunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas ams manfaat dan
biaya selama umur proyek. Dalam analisis ini? perhitungan kelayakan
menggunakan data manfaat bersih yang lalu didiskonto (discounting).
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis kelayakan ini adalah
I 8 %. Hasil analisis kelayak.an secara finansia! pada masing-masing sistem
hidroponik yang dilakukan menunjukkan NPV positif, yaitu sebesar
Rp. 30.651.416,-untuk sistem penyiraman manual, Rp. 46.238.389,- untak sistem
irigasi tetes dan Rp. 54.152.092,- untuk sistem NFT. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa investasi dalam budidaya cabai paprika hidroponik pada tiga sistem yang
akan dilakukan dapat menghasilkan keuntungan sebesar nilai tersebut selama lima
tahun menurut niiai sekarang (present value).
Nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,4 untnk sistem penyiraman manual,
1,68 untuk sistem irigasi tetes dan 1,79 untuk sistem NFT. Nilai ini menunjukkan
bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan
memberikan pendapatan sebesar nilai tersebut. Atau dengan kata Iain bahwa
pendapatan bersih yang diperoleh Iebih besar 1,4 kali dari biaya yang dikeluarkan
untuk sistem penyirarrian manual, lebih besar 1,68 kali dari biaya yang
dikeluarkan untuk sistem irigasi tetes dan lebih besar 1,79 kali dari biaya yang
dikeluarkan untuk sistem NFT.
Nilai IRR yang diperoleh adalah 35 % untuk sistem penyiraman manual,
4 7 % untuk sistem irigasi tetes dan 51 % untuk sistem NFT. Niiai tersebut
berarti bahwa NPV akan sama dengan nol apabila tingkat snku bunga yang
berlaku mencapai angka-.angka tersebut. Sedangkan payback period (masa
pengembalian modal) untuk usaha budiddaya cabai paprika hidroponik pada tiga
sistem yang akan dilakukan adalah dua tahun tuJuh bulan untuk sistem
penyiraman manual, dua tahun enam bulan untuk sistem irigasi tetes dan dua
tahun lima bulan untuk sistem NFT.
Salah satu variasi perhitungan pada analisa sensitivitas yang dapat
dilakukan adalah dengan perhitungan Switching Value (nilai pengganti). Adapun
komponen yang digunakan dalam perhitungan nilai pengganti pada
pengembangan usaha ini adalah (1) penurunan produktivitas tanaman, (2)
perubahan biaya operasional yaitu menaikkan biaya pembelian rrutrisi, (3)
penurunan harga jual produksi. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh
hasil bahwa usaha cabai paprika hidroponik tidak layak untuk dijalankan saat
terjadi penurunan produktivitas hingga 1,978 kg per tanaman untuk system
penyiraman manual, penurunan mencapai 2,332 kg per tanaman untuk sistem
iri gasi tetes dan penurunan mencapai 2,467 kg per tanaman untuk sistem NFT.
Pada kondisi tersebut niJai NPV menjadi-negatif dan Net 8/C sama dengan satu
dan pay back period me ncapai 4,7 tahun atau rata-rata empat tahun sembilan
bulan.
Kenaikan biaya pembehan nutrisi menjadi 42,28 % lebih tinggi dari harga
asalnya pada sistem penyiraman manual, 67,14 % pada sistem irigasi tetes dan
78,63 % pada sistem NFT menyebabkan usaha tersebut menjadi tidak layak. Pada
ko ndisi tersebut nilai NPV menjadi negatif atau mendekati nilai nol dan nilai Net
B/C sama dengan satu dengan rata-rata tingkat pengembalian 4,7 tabun.
Penurunan harga jual rata-rata hingga 10,8 % untuk sistem penyiraman
manual, 15,7 % untuk sistem irigasi tetes dan 17,78 % untuk sistem NFT
m enyebabkan usaha tersebut menjadi tidak layak dilakukan. Pada kondisi tersebut
nilai NPV menjadi negatif dan Net B/C sama dengan satu dan pay hack period
me ncapai 4,7 tahun atau rata-rata empat tahun sembilan bulan.
Berdasarkan keempat kriteria kelayakan yang telah dibahas diatas dapat
disimpulkan bahwa secara finansial pengnsahaan cabai paprika hidroponik pada
tiga sistem Iayak untuk diusahakan Disarankan pada petusahaan untuk memiJih
sistem hidroponik NFT dengan kriteria yang telah di uraikan di atas. Akan tetapi,
selain memiliki nilai kelayakan yang lebih tinggi, perlu diperhatikan kendala
teknis pada sistem NFT yang berisiko tinggi, apabila terjadi satu tanaman
terinfeksi penyakit maka dalam waktu yang relatif singkat semua tanaman dalam
satu siklus sistem akan tertular.