Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan UsahaLidah Buaya (Studi Kasus: Perkebunan X, Kampung Kawung Luwuk, Desa Cijeruk, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor)
Abstract
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan komoditas pertanian yang dewasa ini
mulai mendapat perhatian untuk dikembangkan secara komersil. Tanaman lidah
buaya mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan, sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kosmetika dan farmasi, serta industri
makanan dan minuman ringan lidah buaya. Kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan trend untuk kembali menggunakan bahan alami (back to nature),
menjadikan lidah buaya sebagai tanaman yang diminati masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (l ) menganalisis
kelayakan usaha lidah buaya di tempat penelitian dalam aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, dan aspek finansial, dan (2) menganalisis tingkat sensitivitas
kelayakan usaha terhadap perubahan manfaat dan biaya.
Penelitian dilakukan di Perkebunan X, kampung Kawung Luwuk, Desa
Cijeruk, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama 6
bulan yaitu bulan April sampai dengan bulan September 2004. Data yang
digunakan dalarn penelitian ini meliputi . data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan
internet.
Hasil analisis kualitatif dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek
manajemen menunjukkan bahwa usaha lidah buaya di tempat penelitian layak
untuk dilaksanakan. Pada aspek pasar, potensi pasar lidah buaya cukup tinggi.
Bauran pemasaran yang mencakup strategi produk, harga, tempat pemasaran, dan
promosi yang diterapkan dapat mendukung kegiatan pemasaran lidah buaya. Pada
aspek teknis, dari segi lokasi, kondisi geografis dan lingkungan perkebunan sesuai
untuk usaha lidah buaya. Tata letak atau layout, sarana, dan fasilitas yang tersedia
dapat mendukung kelancaran kegiatan produksi. Keragaan usahatani lidah buaya
dilakukan dengan baik sehingga mampu berproduksi secara optimal. Pada aspek
manajemen, walaupun struktur organisasi yang dimiliki relatif singkat dan
sederhana, namun dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha lidah buaya di tempat
penelitian layak untuk dilaksanakan. Nilai-nilai kriteria investasi yang diperoleh
memenuhi syarat-syarat kelayakan. Dengan tingkat bunga sebesar 9,29 %,
diperoleh nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0, yaitu Rp
473.606.993,52. Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh lebih besar
dari tingkat bunga yang ditetapkan, yaitu 57 %. Nilai Net Benefit/Cost Ratio (Net
B/C) yang diperoleh lebih besar dari 1, yaitu 3,24. Nilai Pay Back Period (PBP)
lebih singkat dari umur proyek, yaitu 2 tahun 9 bulan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa dari berbagai perubahan
yang diujikan yaitu penurunan harga jual pelepah segar sebesar 16,7 %,
penurunan basil produksi lidah buaya sebesar 12,5 %, penurunan harga jual
pelepah segar sebesar 16, 7 % disertai penurunan hasil produksi lidah buaya
sebesar 12,5 %, kenaikan upah sebesar 11,505 %, kenaikan harga pupuk bokasi
sebesar 2, 73 %, dan kenaikan upah sebesar 11,505 % disertai kenaikan harga
pupuk bokasi sebesar 2, 73 %, tidak menjadikan usaha lidah buaya ini tidak la yak
untuk dilaksanakan. Perubahan-perubahan tersebut hanya berakibat pada
penurunan nilai-nilai NPV, IRR, Net B/C, dan PBP.
Secara keseluruhan, ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek finansial, dan analisis sensitivitas, usaha lidah buaya di tempat
penelitian layak untuk dilaksanakan. Usaha lidah buaya ini layak untuk
dikembangkan sesuai dengan rencana pemilik perkebunan untuk melakukan
perluasan lahan untuk lidah buaya. Dengan pengembangan usaha diharapkan
adanya peningkatan keuntungan dan peningkatan pangsa pasar. Dalani
merealisasikan rencana tersebut, Perkebunan X sebaiknya melakukan
restrukturisasi organisasi untuk menghindari terjadinya penumpukan pekerjaan
pada salah satu jabatan. Dalam masalah keuangan, sebaiknya Perkebunan X
melakukan pencatatan keuangan dengan lebih terstruktur.