Pengelolaan resiko panen dan pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit di Muara Tawas Estate PT. Djuanda Sawit Lestari, Sinarmas Group Musi Rawas, Sumatera Selatan
Abstract
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman lapang, keterampilan kerja, dan memperluas wawasan mahasiswa dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan manajerial dibidang pengelolaan resiko panen dan pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dalam menunjang produktivitas maksimum kelapa sawit.
Pelaksanaan magang di lapangan meliputi beberapa bagian berdasarkan pelaksanaan kegiatan di kebun, yang terdiri dari pelaksanaan teknis lapangan dengan status karyawan tidak tetap, pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi Data yang diperoleh dari kebun meliputi letak geografis dan batas wilayah, tata guna lahan, kondisi pertanaman, organisasi, norma kerja di lapangan. Pengamatan khusus dilakukan pada kegiatan panen dan pengangkutan. Pengamatan dalam kegiatan panen difokuskan pada faktor-faktor penyebab kehilangan hasil produksi, dan manajemen panen yang baik. Pengamatan terhadap kehilangan hasil produksi dilakukan dengan mengambil contoh 10% dari luas areal yang dipanen dalam satu kapveld per tahun tanam Pengamatan pengangkutan TBS dilakukan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pengangkutan di divisi 3. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan sistem pengangkutan sebelumnya dengan bin system serta menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa bahwa sumber-sumber tama dari losses di divisi 3, kebun Muara Tawas Estate adalah 1) buah mentah, 2) buah tinggal, 3) brondolan tidak dikutip, 4) brondolan di tangkai janjang. Buah tinggal memiliki persentase rata-rata kehilangan hasil terbesar yaitu 4.55% diri: total buah yang dapat dipanen, kehilangan terbesar terjadi pada tahun tanam 1996 sebesar 10.58% Faktor penyebab banyaknya buah tinggal adalah kondisi tanaman yang mulai tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu pemanen malas membawa egrek, hal ini menyebabkan buah pada tanaman yang tinggi tidak dapat dijangkau.
Berdasarkan data restan TBS, efektifitas penerapan bin system di divisi 3 masih belum maksimal, hal ini terlihat dari Persentase buah restan pada bulan Maret 2007 untuk bin system adalah 17.92%, dan 32.21% untuk brondolan, sedangkan dengan sistem dump truck persentase buah restan sebanyak 9.19%, dan brandolan 34.23%, pengangkutan TBS menggunakan bin system lebih murah di bandingkan dump truck, ini terlihat dari biaya angkut per kg yang memiliki rata- ruta lebih kecil Rp.1.65/kg atau turun sebesar 5% dari biaya pengangkutan menggunakan dump truck Berdasarkan data penerimaan buah di PKS, penggunaan bin system lebih stabil. TBS, lebih cepat masuk dan lebih stabil dari waktu ke waktu. Faktor losses menunjukkan selisih janjang yang terjadi dalam penerapan bin system adalah 78 janjang dari total 21 619 janjang (31 pengiriman), atau sebanyak 0.36%. Kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan bin system di divi 3, Muara Tawas Estate adalah: (1) lokasi panen yang masih terpencar (2) masih digunakannya unit kendaraan bin system untuk kepentingan lain, seperti pengeceran pupuk ke lapangan, (3) bin sistem masih tergantung pada satu pasang unit kendaraan (Scisor lift dan Crane Traktor) jika terjadi masalah pada salah satu unit maka pelaksanaan pengangkutan akan terhambat, (4) Ukuran Crane Traktor yang besar sehingga menyulitkan kendaraan dengan muatan penuh (9 ton) melintas di jalan yang tanah licin. (5) masih kurangnya areal datar yang tepat digunakan untuk meletakkan container bin system.
Pada kegiatan magang ini dapat disimpulkan bahwa Buah tinggal memiliki persentase rata-rata kehilangan hasil terbesar di divisi 3 Muara Tawas Estate yaitu 4.55% dari total buah yang dapat dipanen, kehilangan terbesar terjadi pada tahun taram 1996 sebesar 10.58%. Faktor penyebab banyaknya buah tinggal adalah kondisi tanaman yang mulai tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain itu pemanen malas membawa egrek, hal ini menyebabkan buah pada tanaman yang tinggi tidak dapat dijangkau. Pelaksanaan pengangkutan di divisi 3 menggunakan bin system masih belum optimal, namun dari segi pembiayaan dan penerimaan buah di PKS, bin system lebih baik dari sistem dump truck.