Pengujian keawetan alami kayu karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Sugi (Cryptomeria japonica (L. f.) D. Don terhadap jamur pelapuk kayu Schizophyllum commune Fr
View/ Open
Date
2010Author
Fitriyani, Ika
Hadi, Yusuf Sudo
Herliyana, Elis Nina
Metadata
Show full item recordAbstract
Kayu merupakan bahan alami yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan, taman, ladang, atau kebun. Kayu dalam bentuk aslinya merupakan bagian penting dari alam hayati dan bagian dari lingkungan hidup (Nandika et al. 1996). Keawetan alami kayu merupakan daya tahan suatu jenis kayu tertentu terhadap berbagai faktor perusak kayu biologis seperti jamur, serangga dan binatang-binatang laut penggerek kayu. Keawetan alami kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan zat ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif bersifat racun bagi organisme perusak kayu. Lebih dari 80% kayu di Indonesia memiliki keawetan alami yang rendah, contohnya adalah kayu karet. Kayu-kayu dalam kelas awet rendah mempunyai sifat mudah rusak, keropos atau lapuk akibat serangan organisme perusak kayu. Ketergantungan kepada jenis-jenis kayu awet menyebabkan penggunaan kayu kurang optimal. Kayu karet (H. brasiliensis) memiliki potensi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Kayu karet pada perkebunan besar masih banyak yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar (energi) dalam proses pengolahan lateks. Kayu karet juga dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam produk, antara lain kayu gergajian, moulding dan panel kayu (Supriadi 2006). Kayu sugi (C. japonica) yang berasal dari Jepang, juga memiliki kelas awet yang hampir sama dengan kayu karet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keawetan dari kayu karet (H. brasiliensis) dan kayu sugi (C. japonica) dengan menggunakan standar SNI 01.7207-2006 dan JIS K 1571-2004 sehingga dapat diolah dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dan dapat memiliki fungsi yang sama dengan jenis-jenis kayu awet lainnya. Parameter keawetan kayu terhadap jamur pelapuk S. commune dilihat dari nilai kehilangan berat contoh uji (weight loss) yang diperoleh dari hasil uji laboratorium (laboratory test). Dari pengujian dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kehilangan berat kayu karet adalah 30,01 %. Berdasarkan SNI 01.7207-2006, nilai kehilangan berat kayu karet tersebut masuk ke dalam kelas awet V dengan persentase kehilangan berat lebih besar dari 30 %. Sedangkan untuk pengujian menggunakan standar JIS K 1571-2004 nilai kehilangan berat kayu sugi adalah sebesar 15,08 %. Nilai kehilangan berat tersebut sudah sesuai dengan standar validitas yang terdapat pada JIS K 1571-2004, yang menyatakan bahwa hasil pengujian dikatakan berhasil apabila nilai kehilangan berat kayu contoh uji lebih besar dari 15 %. Nilai kehilangan berat kayu sugi tersebut masuk ke dalam kelas awet IV.
Collections
- UT - Forestry Products [2386]