Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pada Media Kompos Untuk Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis L.t) Di Persemaian
Abstract
Jati merupakan salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu bemilai ekonomis
tinggi dan serbaguna. Jenis kayu ini termasuk ke dalam kayu kelas awet I dan kelas
kuat II. Kayu ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kayu jenis yang
lain, antara lain kuat, tahan lama, mudah dikerjakan, tahan terhadap serangan rayap
serta nilai estetika kayu sangat digemari oleh masyarakat. Kelebihan lain dari jati
adalah penggunaan yang luas seperti untuk bahan pembuatan kapal, bantalan kereta
api, meubel, veener, flooring, konstruksi ringan dan berat. Produk berbahan kayu jati
memiliki pangsa pasar yang luas baik di dalam maupun luar negeri karena kayu jati
termasuk kayu yang berkualitas tinggi. Untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan
produktivitas dan kualitas pohon hutan terutama jati maka perlu adanya peranan
cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang merupakan salah satu tipe cendawan
pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer mendapat perhatian para ahli
I ingkungan dan biologis. CMA sangat membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya yang sebagian besar berasal dari bahan organik seperti kompos
yang banyak mengandung unsur karbon di dalamnya. Kompos merupakan hasil
fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau
limbah organik lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas cendawan mikoriza
arbuskula (CMA) pada media kompos terhadap pertumbuhan semai jati. Hipotesis
dalam penel itian ini adalah CMA dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati pada
media kompos yang berasal dari bokhasi dari jenis rumput, serbuk gergaji dan sekam.
Penelitian ini dilakukan di persemaian Tlogoarto yang terletak di Desa Cihideung
Ilir, Kecamatan Bogor Barat, serta di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan
lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai dari bulan April hingga September 2004.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit jati, pasir, zeolit, tanah,
mycofer, kertas saring, aquades, KOH 10%, HCI 2%, gliserol, asam laktat dan trypan
blue. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik, bak
kecambah, bak plastik,polybag, oven, mikroskop binokuler, mikroskop stereo, cawan
Petri diameter 12 cm, tabung film, gelas ukur, gunting akar, mistar, kaliper, alat tulis,
alat hitung, tally sheet dan kamera. Pengamatan dilakukan secara berkala tiap bulan
untuk parameter tinggi dan jumlah daun. Untuk parameter diameter dilakukan
pengukuran pada awal dan akhir pengamatan. Selain itu dilakukan pengamatan di
laboratorium untuk parameter nisbah pucuk akar, berat kering total, jumlah spora dan
persen infeksi. Penelitian ini menggunakan rancangan Split-Plot di mana Mainplotnya
terdiri dari Gigaspora rosea, Glomus etunicatum, dan kontrol. Sedangkan
Sub-plotnya terdiri dari media 1 (bokhasi sekam), media 2 (bokhasi rumput), media 3
(bokhasi serbuk gergaji) dan media 4 (tanah). Dengan demikian terdapat 12
kombinasi perlakuan di mana setiap perlakuan terdapat 4 unit yang selanjutnya akan
dibuat 3 ulangan sehingga terdapat 144 satuan percobaan (3x4x4x3). Pengolahan data
menggunakan personal komputer program SAS release 6.12. Untuk mengetahui
adanya pengaruh yang berbeda pada masing-masing perlakuan maka dilakukan uji
Ianjut Duncan.
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa inokulasi CMA tidak berpengaruh
nyata terhadap perturnbuhan (tinggi, BKT, NPA) semai jati. Inokulasi CMA juga
tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah spora dan persen infeksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang
sangat nyata, di mana media tanah masih merupakan media yang paling baik
dibandingkan dengan media kompos yang diujicobakan. Penurunan pertumbuhan
tinggi, diameter, dan BKT pada media kompos berkisar antara 32,3-50%,
33,3-66,7%, 65,7-74.3% dibandingkan dengan pada media tanah. Narnun demikian,
pada media serbuk gergaji terdapat fenornena yang menarik di mana semai yang
diinokulasi dengan G. etunicatum memiliki pertumbuhan tinggi yang lebih baik
dibandingkan kontrol maupun inokulasi dengan G. rosea pada media yang sama.
Collections
- UT - Forest Management [3068]