Produksi Tokolan Udang Windu Penaeus monodon Fabricius dalam Sistem Resirkulasi dengan Padat Tebar 25. 50, 75 dan 100 Ekor/L
View/ Open
Date
2005Author
Azizi, Aqil
Budiardi, Tatag
Wahjuningrum, Dinamella
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu masalah produksi udang windu adalah kualitas benur udang
windu yang belum siap ditebar di tambak, sehingga banyak mengalami kernatian.
Oleh karena itu diperlukan pentokolan benur selama 2-4 minggu sebelum ditebar
di petak pembesaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan optimum benur
dalam kegiatan pentokolan yang menggunakan sistem resirkulasi berdasarkan
produksi yang dihitung dari kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Penelitian
dilakukan pada bulan Desember 2004 di Teaching Farm, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak. Lengkap (RAL) dengan
perlakuan padat tebar 25 dan 50 ekor/liter masing-masing 4 ulangan serta padat
tebar 75 dan 100 ekor/liter rnasing-masing 3 ulangan. Udang yang digunakan
adalah udang windu Penaeus monodon Fabricius PL-12, dengan panjang awal
(12,1 ± 1,2) mm. Udang dipelihara dalan1 akuarium yang berukuran 80 x 40 x 35
cm dengan volume efektif 80 liter. Benur diberi pakan buatan berbentuk crumble
berkadar protein 38% dan pakan alami {artemia). Pakan buatan diberikan
sebanyak tiga kali sehari Garn 09.00, 21.00, 03.00) dan arternia pada jam 15.00.
Pakan diberikan secara ad ./ibitum dan dicatat jumlahnya setiap pemberian. Data
yang diperoleh adalah kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang harian,
koefisien keragaman, kepadatan akhir, keberadaan bakteri Vibrio sp dan kualitas
air. Dari data tersebut kemudian dianalisis secara statistik menggunakan Analisis
ragam (Anova) pada selang kepercayaan 95% dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil
(BNT) untuk menunjukkan adanya perbedaan antar kelompok padat penebaran.
Parameter kualitas air dan keberadaan bakteri Vibrio sp dianalisis secara
diskriptif.
Peningkatan kepadatan tebar udang windu mulai dari 25, 50, 75 dan 100
ekor/l sampai pemeliharaan minggu kedua dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup, laju perturnbuhan panjang harian dan kepadatan akhir. Kelangsungan hidup
tertinggi pada kepadatan tebar 50 ekor/l, laju perturnbuhan panjang harian pada
kepadatan tebar 50 ekor/l dan kepadatan akhir pada kepadatan tebar 100 ekor/l.
Peningkatan kepadatan tebar tidak mempengaruhi koefisien keragaman panjang.
Pemeliharaan sampai minggu keempat mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kepadatan akhir. Kelangsungan hidup tertinggi pada kepadatan tebar 25 ekor/l dan
kepadatan akhir pada kepadatan tebar 100 ekor/l. Peningkatan kepadatan tebar
tidak mempengaruhi laju pertumbuhan panjang dan koefisien keragaman. Tokolan
udang windu yang diproduksi tidak mengandung bakteri Vibrio harveyi sehingga
udang windu memenuhi standar produksi tokolan.
Berdasarkan tiga prinsip budidaya perairan yaitu optimalisasi lingkungan,
minimalisasi lirnbah budidaya dan maksimalisasi produksi dapat disimpulkan
bahwa produksi tokolan udang windu dalam sistem resirkulasi yang memberikan
keuntungan tertinggi adalah pada kepadatan tebar 100 ekor/l.