Analisis sistem tataniaga beras pandan wangi di Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat
Abstract
Mecukupan pemenuhan pangan masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan sangat berperan dalam peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa dalam era persagen global saat ini. Beras merupakan salah satu komoditas pangan utama karena merupakan makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia. Menurut hasil analisis International Rice Research Institute (IRRI), hingga satu dekade ke depan konsumsi beras, dunia akan tetap tinggi. Hal ini disebabkan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Asia dan Afrika. Akan terjadi kenaikan konsumsi beras sebesar 59 juta ton, itu berarti kenaikan kebutuhan beras yang setara dengan 89 juta ton padi pada tahun 2020 dibanding tahun 2007. Menurut Badan Pusat Stafistik (2008), pada tahun 2004 Indonesia melakukan impor beras sebesar 236866,7 ton dan meningkat menjadi 1406847,6 ton pada tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 Indonesia sudah dapat mencapai swasambarda beras (Indonesia hanya melakukan impor beras khusus. Dengan demikian, peluang untuk melakukan ekspor beras di masa mendatang menjadi sebuah peluang yang sangat potensial untuk dilakukan oleh Indonesia. Untuk melakukan ekspor beras, maka dibutuhkan komoditas yang memiliki keunggulan dan daya saing yang kuat. Beras pandan wangi merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial dan strategis untuk menjawab peluang melakukan ekspor beras di masa yang akan datang. Beras pandan wangi memiliki rasa pasi yarig pulen dan wangi pandan alam, serta cita rasa yang khas. Beras pandan wangi pun telah menjadi komoditas yang diperbolehkan untuk diekspor berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M-DAG/PER/4/2008. Pada tahun 2006 telah dibentuk Gapoktan Citra Sawargi yang dibentuk untuk melestarikan kemurnian beras pandan wangi dan meningkatkan bargaining position petani dalam sistem tataniaga beras pandan wangi. Gapoktan Citra Sawargi membuat kontrak kerjasama perdagangan beras pandan wangi dengan CV Quasindo, yaitu sebesar 10 ton beras pandan wangi murni per bulannya. Namiri dalam satu tahun terakhir, penjualan beras pandan wangi yang dilakukan oleh Gapoktan Citra Sawargi menurun drastis menjadi 2-5 ton beras pandan wangi mumi per bulannya. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan dalam sistem tataniaga beras pandan wangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis lembaga dan fungsi tataniaga beras pandan wangi, mengidentifikasi dan menganalisis saluran tamaniaga beras pandan wangi pasca melemahnya peran Gapoktari Citra Savarokerta menghitung margin tataniaga, farmer's share, biaya pemasaran, keuntunga, dan struktur pasar sistem tataniaga beras pandan wangi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari-April 2009. Penelitian dilakukan kepada 40 orang responden petani yang dipilih dengan metode stratified random sampling dan 23 orang pedagang yang dipilih dengan metode snowball sampling. Melalui metode snowball sampling ditelusuri saluran tataniaga beras pandan wangi untuk mengidentifikasi dan menganalisis lembaga dan fungsi tataniaga beras pandan wangi. Dengan berbagai informasi dan data yang diperoleh maka dihitung keunt gan, biaya pemasaran, dan margin tataniaga masing-masing lembaga tataniaga dalam setiap saluran Kemudian dilanjutkan dengan menghitung total biaya pemasaran, margin tataniaga, farmer's share, rasio L/C, dan keuntungan total setiap saluran tataniaga. ...
Collections
- UT - Agribusiness [4401]