Optimalisasi Produksi Kecap di Korma Food Company, Jakarta
Abstract
Adanya kecenderungan jumlah perusahaan kecap yang semakin
meningkat menjadi tantangan bagi Korma Food Company sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri kecap untuk dapat bertahan clan berdaya
saing dalam industri kecap. Disamping tantangan dari perusahaan dalam negeri
yang menjadi pesaingnya, Korma Food Company juga harus menghadapi
tantangan alur produk impor yang terus meningkat. Sehubungan dengan hal
tersebut Korma Food Company dituntut untuk mampu berproduksi lebih efisien.
Salah satu upayanya adalah dengan menyeimbangkan kebutuhan pasar dengan
sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat disusun suatu perencanaan produksi
yang memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2003.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meramalkan pennintaan konsumen
terhadap produk-produk Korma Food Company serta menyusun perencanaan
produksi optimal yang akan memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan dan pengamatan secara
langsung di lapangan juga dengan wawancara langsung dengan manajer produksi
dan karyawan perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumendokumen
perusahaan serta data dari Badan Pusat Statistik (BPS) clan literatur
lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Model analisis yang digunakan untuk
meramalkan penjualan adalah metode Autoregressive Integrated Moving Average
(ARIMA). Sedangkan analisis optimalisasi produksi menggunakan model
program linier.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam penyusunan rencana
produksi adalah menentukan jumlah permintaan pasar. Jumlah permintaan ini
dapat diketahui dengan membuat peramalan penjualan. Hasil peramalan
menunjukkan bahwa produk Manis Sate 625 ml selalu menjadi produk yang
memiliki nilai penjualan tertinggi dengan jumlah yang terus meningkat selama
triwulan 1 tahun 2003. Berdasarkan hasil peramalan permintaan, dibuat
perencanaan jumlah produksi optimal dengan program linier.
Jumlah produksi optimal suatu jenis produk tergantung pada keuntungan
per unit dari jenis produk tersebut, ketersediaan sumberdaya yang digunakannya
dan besarnya permintaan pasar produk tersebut. Pada bulan Januari dan Maret
terdapat sembilan jenis kecap yang disarankan unruk diproduksi hingga mencapai
jumlah permintaan maksimumnya yaitu Manis Isi 150 ml, Manis lsi 300 ml,
Manis Sedang 150 ml, Manis Sedang 300 ml, Manis Sate 625 ml, Manis
Panggang 625 ml, Manis Panggang 5 1, Sari Rasa 625 ml serta Sari Rasa 5 1.
Sedangkan pada bulan Februari hanya terdapat tujuh jenis kecap yang disarankan
untuk diproduksi hingga mencapai jumlah permintaan maksimumnya yaitu Manis
lsi 150 ml, Manis Isi 300 ml, Manis Isi 625 ml, Manis Sedang 150 ml, Manis
Sedang 300 ml, Manis Panggang 625 ml serta Sari Rasa 625 ml. Penurunan
produksi ini disebabkan oleh adanya penurunan kapasitas tungku masak yang
tersedia. Dengan asumsi seluruh produk dapat terjual pada tingkat keuntungan
laba per unit yang ditetapkan perusahaan maka dengan memproduksi tiap jenis
kecap yang disarankan pada kondisi optimal akan diperoleh keuntungan sebesar
Rp 1 447 293 000.00.
Hasil analisis optimal menunjukkan masih banyak sumberdaya yang
berlebih seperti sebagian besar bahan balm dan bahan penolong, bahan pengemas,
kapasitas tungku rebus, kapasitas ruang fermentasi serta jam tenaga kerja
langsung. Sumberdaya yang paling menguntungkan untuk ditingkatkan
ketersediaannya adalah bahan baku kedelai. Sumberdaya ini menjadi pembatas
dengan nilai dual sebesar 54 445.71 yang artinya setiap penambahan satu kg
.
kedelai akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp 54 445.71.
Analisis post optimal yang dilakukan dibagi menjadi tiga skenario. Pada
skenario I dan II, dilakukan perubahan pada nilai sisi kanan fungsi pada kendala-kendala
aktif yaitu kendala bahan baku kedelai dan kapasitas tungku masak.
Peningkatan nilai ketersediaan kendala aktif tersebut dapat meningkatkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan karena jumlah produk yang diproduksi
pun mengalami peningkatan. Pada skenario III dilakukan perubahan koefisien
fungsi tujuan dengan cara meningkatkan harga salah satu produk yaitu Manis Sate
625 ml, sehingga nilai fungsi tujuannya berada di luar batas analisis
sensitivitasnya. Akibatnya nilai keuntungan yang diperoleh pun meningkat.
Analisis penyimpangan menunjukkan bahwa jumlah produksi pada
kondisi optimal lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi aktual. Hal ini karena
adanya perbedaan dalam metode perarnalan yang digunakan untuk menentukan
jumlah permintaan pasar pada kedua kondisi tersebut. Pada kondisi optimal,
jumlah produksi ditentukan berdasarkan basil peramalan permintaan dengan
menggunakan metode ARJMA. Sedangkan pada kondisi aktual, jumlah produksi
ditentukan berdasarkan hasil peramalan permintaan yang dilakukan berdasarkan
metode perusahaan. Hasil perarnalan ARJMA pada umumnya memberikan nilai
permintaan pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan peramalan perusahaan
sehingga jumlah produk yang harus diproduksi pada kondisi optimal menjadi
lebih besar dibandingkan aktualnya.
Analisis penyimpangan juga menunjukkan bahwa dengan jumlah produksi
yang lebih tinggi maka efisiensi penggunaan sumberdaya pada kondisi optimal
pun menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual. Dengan asumsi
seluruh produk dapat terjual, maka dengan memproduksi tiap jenis kecap yang
disarankan pada kondisi optimal, perusahaan akan memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi sebesar Rp 124 998 752.00 (9.5 persen) dari keuntungan aktualnya.
Berdasarkan basil penelitian ini, beberapa ha! yang dapat disarankan
adalah bahwa dalam jangka pendek perusahaan dapat memfokuskan produksi dan
pemasaran pada produk Manis Panggang 625 ml dan Sari Rasa 625 ml dengan
pertimbangan bahwa keuntungan per unit yang dihasilkan jauh lebih tinggi
dibandingkan produk-produk lainnya. Hal lainnya yang mendukung saran tersebut
adalah terdapat kecenderungan peningkatan permintaan tehadap kedua produk
tersebut setiap tahunnya. Sedangkan dalarn perencanaan jangka panjang,
perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menambah ketersediaan tungku
masak karena pemanfaatannya saat ini sudah hampir maksimal. Jika perusahaan
berusaha untuk meningkatkan produksinya, hal ini akan menjadi kendala
pembatas bagi perusahaan.
Perusahaan hendaknya mengatur kembali manajemen pengadaan bahan
baku yang diperlukan untuk memecahkan masalah dalam pengadaan bahan baku
yang pada saat ini belum optimal. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya
pemborosan maupun kekurangan bahan baku. Oleh karena itu, dibutuhkan
penelitian mengenai optimalitas penggunaan bahan baku kecap di Korrna Food
Company misalnya dengan menggunakan metode Economic Order Quantity
Uumlah pesanan ekonomis).
Optimalisasi produksi yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk
triwulan I tahun 2003. Jika perusahaan ingin menerapkan model optimalisasi ini
pada triwulan lainnya perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terutama
berkaitan. dengan nilai keuntungan dan nilai ruas kanan kendala yang tersedia
pada periode yang bersangkutan. Keterbatasan data yang ada membuat hasil
penelitian ini belum dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh sebab
itu, jika perusahaan ingin menerapkan model ini perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian
terutama berkaitan dengan biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan.