Daya saing buah-buahan tropis Indonesia di pasar dunia
Abstract
Buah merupakan komoditas pertanian yang penting bagi perekonomian Indonesia. Nilai Produk Domestik Bruto buah pun kerap mengalami peningkatan tiap tahunnya. Walaupun secara rata-rata pertumbuhan ekspor buah-buahan tropis Indonesia tumbuh dengan positif, namun pertumbuhan tersebut tumbuh secara tidak konsisten dengan fluktuasi yang cukup besar. Performa nilai ekspor buah-buahan Indonesia tidak terlepas dari persaingan yang terjadi dengan negara-negara eksportir buah lainnya. Agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat mengenai industri buah-buahan tropis Indonesia, posisi daya saing buah Indonesia perlu diketahui. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi dayasaing buah-buahan tropis Indonesia di pasar dunia.
Dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Constant Market Share Analysis (CMS) posisi dayasaing buah-buahan Indonesia di pasar dunia dapat diketahui. Penelitian ini menganalisis enam (jambu biji, mangga, dan manggis dimasukkan dalam satu kelompok) buah tropis Indonesia, yakni pisang, nanas, alpukat, jambu biji, mangga, dan manggis, jeruk, dan papaya. Buah-buahan tersebut dipilih karena memiliki volume ekspor paling besar.
Hasil estimasi RCA, EPD, dan CMS buah-buahan tersebut selama periode 2001 – 2008 menyimpulkan bahwa buah-buahan Indonesia memiliki posisi dayasaing yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara pesaing utamanya. Hal tersebut tercermin dari nilai RCA yang kurang dari satu, kecuali untuk jambu biji, mangga, dan manggis pada tahun 2001 – 2005. Hasil estimasi EPD pun memberikan pesan yang sama. Performa ekspor buah-buahan Indonesia umumnya tidak terlalu baik. Hanya alpukat yang menduduki posisi “Rising Star”, sedangkan buah-buahan lainnya berada pada posisi “Falling Star”, “Lost Opportunity”, bahkan “Retreat”. Tidak jauh berbeda dengan RCA dan EPD, hasil estimasi CMS menunjukkan bahwa kebanyakan pertumbuhan ekspor buah-buahan Indonesia bukan disebabkan oleh kemampuan daya saing, tetapi lebih banyak disebabkan oleh penyerapan pasar-pasar yang berkembang cepat (efek peningkatan impor).
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, nanas merupakan buah yang harus diprioritaskan karena memiliki hasil estimasi “Lost Opportunity”. Sedangkan alpukat, yang sudah berada pada posisi “Rising Star” harus dipertahankan posisi dayasaingnya. Berdasarkan hasil estimasi CMS, kebanyakan dari ekspor buah tropis Indonesia masih sangat tergantung kepada permintaan luar negeri, sehingga Indonesia harus dapat lebih memahami peluang eskpor buah-buahan tersebut.